Connect with us

PERISTIWA

Jalan Menuju Pengakuan Arsip Ingatan Kolektif Dunia

Published

on

Suara pidato Presiden Soekarno, terdengar dari sudut ruang yang memutar piringan hitam berlogo Lokananta, Selasa (11/6). Piringan hitam itu bertuliskan Pidato Presiden Soekarno di pembukaan Konferensi Asia Afrika April 1955 silam di Bandung.

Di sebelahnya, video monochrome atau hitam putih menayangkan pidato yang sama.

Inilah koleksi masterpiece Indonesia yang sudah diakui dunia sebagai Memory of the World atau ingatan kolektif dunia, dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO).

Terdengar jelas, bagaimaka suara Soekarno menyampaikan pidato dalam langgam suara yang tegas.

The peoples of Asia and Africa, 1,400,000,000 strong, far more than half the human population of the world, we can mobilise what I have called the Moral Violence of Nations in favour of peace. We can demonstrate to the minority of the world which lives on the other continents that we, the majority are for peace, not for war, and that whatever strength we have will always be thrown on to the side of peace. In this struggle, some success has already been scored.”

“Bangsa-bangsa Asia dan Afrika, berkekuatan 1,4 miliar jiwa, jauh melebihi setengah jumlah penduduk dunia, kita dapat menggerakkan apa yang saya namakan Paksaan Moril Bangsa-Bangsa, untuk kepentingan perdamaian. Kita dapat menunjukkan kepada minoritas dunia, yang hidup di benua lainnya itu, bahwa kita, golongan mayoritas, adalah pro-perdamaian, bukannya pro-perang, dan bahwa kekuatan apapun yang ada pada kita, akan selalu kita pertaruhkan di pihak perdamaian. Dalam perjuangan ini, sejumlah keberhasilan telah kita capai.”

Piringan Hitam berisi rekaman Pidato Presiden Soekarno di Konferensi Asia Afrika tahun 1955 koleksi LOKANANTA Solo diputar dan ditanpilkan di SEAPAVAA, Selasa (11/6). Foto: VOA/ Yudha Satriawan

Piringan Hitam berisi rekaman Pidato Presiden Soekarno di Konferensi Asia Afrika tahun 1955 koleksi LOKANANTA Solo diputar dan ditanpilkan di SEAPAVAA, Selasa (11/6). Foto: VOA/ Yudha Satriawan

Selain arsip audio visual Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, 1955, ada dua masterpiece lainnya dari Presiden Soekarno, yaitu arsip Gerakan Non-Blok Pertama (GNB I) di Beograd, 1961 dan Pidato berjudul To Build The World a New di Sidang Majelis Umum PBB, New York, 1960.

Konferensi Lembaga Arsip Audio Visual di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik atau SouthEast Asia-Pacific Audio Visual Archive Association (SEAPAVAA) menjadi jalan bagi 21 negara di Asia Tenggara dan Pasifik, mengajukan arsip bersejarahnya ke tingkat dunia.

Presiden SEAPAVAA 2024, Karen Chan mengatakan konferensi akan membahas berbagai isu penyelamatan arsip, khususnya arsip audio visual yang ada di berbagai negara.

“Mereka juga mengalami hal yang sama dan menemukan solusi yang tepat merawat arsip audio visual mereka. Nah ini yang akan dibahas dalam konferensi di Solo ini,” ujar Karen, Senin (10/6).

Lebih lanjut, Karen mengungkapkan pertemuan tahunan ini bertujuan memperluas akses terhadap arsip-arsip yang ada, dengan memanfaatkan perkembangan teknologi terbaru. Tantangan ancaman kerusakan arsip, dampak bencana alam dan perang, imbuh Karen.

Sementara itu, Plt Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Imam Gunarto, menjelaskan Solo terpilih sebagai tuan rumah karena perannya dalam sejarah arsip audio dan visual.

“Solo merupakan kota pionir dalam konteks pengelolaan arsip audio visual yang di mana ada Lokananta” ungkap Imam.

Lebih lanjut Imam menjelaskan, ada sekitar 200 delegasi dari 21 negara yang hadir dalam konferensi ini.

Ajukan Lima Arsip ke UNESCO

Indonesia mengajukan lima arsip nasional menjadi bagian Memory of the World UNESCO. Plt Kepala Arsip Nasional Indoneaia ANRI, Imam Gunarto mengatakan kelima arsip yang bersejarah ini memiliki latar belakang yang berbeda. Dia juga menambahkan, saat ini sudah ada sebelas arsip Indonnesia yang diakui dunia.

“Ya, ada lima arsip documentary herittage yang kita ajukan ke UNESCO tahun ini sebagai Memory of the World,” ujar Imam.

Plt ANRI, Imam Gunarto disela sela SEAPAVAA ke 28 di Solo, Senin (10/6). (Foto: VOA/ Yudha Satriawan)

Plt ANRI, Imam Gunarto disela sela SEAPAVAA ke 28 di Solo, Senin (10/6). (Foto: VOA/ Yudha Satriawan)

Dia merinci, arsip pertama adalah tentang Kartini dan Perjuangan Gender yang dinominasikan bersama dengan Belanda. Kedua, arsip Pembentukan ASEAN, yang dinominasikan dengan lima negara anggota ASEAN.

“Ketiga, arsip Hamzah Fansyuri, naskah-naskahnya kita join dengan Malaysia. Ada juga arsip Sanghyang Siksa Kandang Karesian. Berikutnya, arsip tentang tarian Mangkunegaran Solo. Itu ya, semua menurut kami sangat tinggi nilai sejarahnya”, ujar Imam di sela-sela pembukaan konferensi ini.

Lebih lanjut Imam menjelaskan, proses pengajuan ke UNESCO sangat ketat dan lama, dimana kurator atau para ahli akan memeriksa keaslian arsip tersebut.

“Nanti dicek. Kalau signifikansinya Asia Pasifik dia diajukan sebagai Memory of the World Asia Pasifik. Kalau signifikansinya internasional, ya ke UNESCO di Paris,” katanya.

Tahun 2023 lalu ada tiga arsip Indonesia yang diakui UNESCO, yaitu Pidato Presiden Soekarno “To Build the World Anew”, Pertemuan Pertama Gerakan Non-Blok, dan Hikayat Aceh, yang telah ditetapkan sebagai ingatan kolektif dunia.

Penetapan tiga arsip tersebut menjadikan Indonesia total memiliki sebelas arsip dalam kategori ini. Delapan lainnya adalah Arsip VOC, Arsip Konfrensi Asia Afrika, Babad Diponegoro, Arsip Konservasi Borobudur, Arsip Tsunami, La Galigo, Nagarakartagama, dan Cerita Panji. [ys/ns]

Sumber: VOA

Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply