Connect with us

Bolmong

Sepanjang 2020, Puskesmas di Bolmong Produksi 488 Kilogram Sampah Medis

Kenaikan jumlah produksi sampah medis juga dipengaruhi pandemi Covid-19

Published

on

tempat penyimpanan sementara
Ilustrasi tempat penyimpanan sementara (TPS). (foto: pantau24..com/marshal)

BOLMONG, PANTAU24.COM-Sepanjang tahun 2020, sebanyak 18 Puskesmas di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) menghasilkan 488 kilogram sampah medis. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sekitar 10 persen dari tahun 2019 dengan produksi limbah medis 442 kilogram.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bolmong, Erman Paputungan, kenaikan jumlah produksi sampah medis juga dipengaruhi pandemi Covid-19. Tapi, menurut Erman, produksi sampah medis di Puskesmas tidak meningkat signifikan karena hanya ketambahan beberapa perlengkapan saja yang berpotensi menjadi sampah.

“Sejak pendemi Covid-19, petugas di Puskesmas khususnya yang berinteraksi langsung dengan masyarakat diharuskan menggunakan alat pelindung diri (APD), seperti pakaian hazmat, masker, sarung tangan dan pelindung wajah. Sementara, sebelum adanya corona, itu tidak diwajibkan. Dan otomatis, menambah jumlah produks sampah medis,” kata Erman, saat ditemui di kantornya, Selasa 23 Maret 2021.

Baca Pula:  17 Nakes di Bolmut Jalani Rapid Antigen, 4 Orang Positif

Lebih lanjut dijelaskan, saat ini, limbah medis tersebut masih disimpan di masing-masing Puskesmas. Tapi yang disimpan itu hanya yang berupa benda tajam seperti jarum suntik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, dan lain-lain yang bisa dimusnakan hanya pada suhu tertentu dengan menggunakan incinerator. Sementara, untuk sampah berupa hazmat, masker, maupun sarung tangan itu langsung dibakar usai digunakan.

“Sampah yang disimpan itu disemprot disinfektan secara berkala. Memang ada puskesmas yang sudah over kapasitas penyimpanan sampah medis, tapi ada juga yang masih memiliki ruang. Tahun ini kita sudah bekerja sama dengan pihak ketiga untuk mengangkut sampah-sampah medis yang ada di Puskesmas,” jelasnya.

Fakta menarik dan bermanfaat
Baca Pula:  Sabtu 26 Desember 2020, Mengenang 16 Tahun Peristiwa Tsunami Aceh

Di sisi lain, jumlah produksi sampah medis di masing-masing puskesmas bervariasi (lihat grafis). Hal itu disebabkan beberapa hal. Seperti cakupan wilayah kerja masing-masing puskesmas yang otomatis mempengaruhi jumlah pasien. Semakin banyak pasien yang ditangani, maka semakin berpotensi menghasilkan sampah medis. Kemudian, status puskesmas rawat inap juga mempengaruhi jumlah produksi sampah medis.

“Termasuk jumlah tenaga yang ada di Puskesmas juga mempengaruhi jumlah produksi sampah medis,” ujar Erman Paputungan.

Diketahui, dari 18 Puskesmas di Bolmong, 6 diantaranya berstatus rawat inap. Yakni Puskesmas Maelang, Lolak, Poigar, Inobonto, Mopuya, dan Imandi.