PERISTIWA
Ada Fenomena Aneh dan Tak Lazim pada Gempa Sulbar, Warga Diminta Tetap Waspada
Dijelaskan Ketua Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono bahwa pusat gempa ini relatif sedikit bergeser ke utara dari kluster seismisitas yang sudah terpetakan.

PANTAU24.COM-Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) menilai gempa Majene masih miskin gempa susulan, tetapi sulit diprediksi.
Seperti diketahui, Sabtu (16/1/2021) pagi pukul 06.32 WIB, wilayah Majene dan Mamuju Sulawesi Barat kembali diguncang gempa susulan dengan magnitudo M 4,8.
Berdasarkan hasil analisis BMKG, episenter gempa bumi ini terletak di darat pada jarak 29 kilometer arah Tenggara Kota Mamuju.
Dijelaskan Ketua Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono bahwa pusat gempa ini relatif sedikit bergeser ke utara dari kluster seismisitas yang sudah terpetakan.
“Gempa ini adalah gempa ke-32 yang terjadi sejak terjadinya Gempa pembuka dengan magnitudo 5,9 pada Kamis 14 Januari 2021 siang hari pukul 13.35 WIB,” kata Daryono, dikutip Kompas.com.
Berikut ada 4 fakta terkait gempa Majene, Sulawesi Barat:
- Miskin gempa dan fenomena aneh
Daryono berkata, berdasar rekaman aktivitas gempa Majene, tampak produktivitas gempa susulannya sangat rendah.
Padahal stasiun seismik BMKG sudah cukup baik sebarannya di daerah tersebut. Sehingga, gempa-gempa kecil pun akan dapat terekam dengan baik.
“Namun hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa gempa Majene ini memang miskin gempa susulan (lack of aftershocks). Fenomena ini agak aneh dan kurang lazim,” ujarnya.
- Gempa kerak dangkal
Gempa yang terjadi di Majene ini termasuk kategori gempa kuat di kerak dangka atau shallow crustal earthquake, dengan magnitudo 6,2 mestinya diikuti banyak aktivitas gempa susulan.
Akan tetapi hasil monitoring BMKG menunjukkan hingga hari kedua pasca terjadinya Gempa Utama magnitudo 6,2 hingga saat ini baru terjadi 23 kali gempa susulan.
- Kekuatan gempa capai 100 gempa susulan
Daryono mengatakan, jika kita bandingkan dengan kejadian gempa lain sebelumnya dengan kekuatan yang hampir sama.
“Biasanya pada hari kedua sudah terjadi gempa susulan sangat banyak, bahkan sudah dapat mencapai jumlah sekitar 100 gempa susulan,” kata dia.
- Perilaku gempa sulit diprediksi
Daryono juga menaruh banyak pertanyaan terkait gempa yang terjadi di Majene dalam tiga hari ini.
Pertanyaan yang masih mengganggu Daryono adalah apakah fenomena rendahnya produksi aftershocks atau gempa susulan di Majene ini disebabkan karena telah terjadi proses disipasi, di mana medan tegangan di zona gempa sudah habis sehingga kondisi tektonik kemudian menjadi stabil dan kembali normal.
Berikutnya adalah pertanyaan kebalikan dari pertanyaan pertama yaitu,dengan minimnya aktivitas gempa susulan ini menandakan masih tersimpannya medan tegangan yang belum rilis, sehingga masih memungkinkan terjadinya gempa signifikan nanti.
“Fenomena ini membuat kita menaruh curiga, sehingga lebih baik kita patut waspada,” ucap dia.
“Inilah prilaku gempa, sulit diprediksi dan menyimpan banyak ketidakpastian. Sehingga kita baru dapat mengkajinya secara spasial dan temporal, akan tetapi untuk mengetahui besarnya medan tegangan riil dan perubahannya pada kulit bumi masih sulit dilakukan,” pungkasnya.(*)

You must be logged in to post a comment Login