Editor's Pick
Tiba di Sulut, 73 Ekor Burung Kakatua Hasil Penyelundupan Akhirnya Dipulangkan dari Filipina
SULUT, PANTAU24.COM-Upaya penyelamatan satwa liar dilindungi kembali membuahkan hasil. Sebanyak 73 ekor burung kakatua berhasil direpatriasi atau dipulangkan ke Indonesia. Satwa-satwa tersebut tiba di Manado, Kamis, 19 Oktober 2023 siang, setelah sebelumnya diterbangkan dari Filipina pada Rabu, 18 Oktober 2023, menggunakan pesawat Garuda Indonesia dengan rute Manila-Jakarta-Manado.
Setelah tiba di Bandara Sam Ratulangi Manado, burung endemik dan dilindungi tersebut langsung dibawa ke Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasikoki, di Watudombo Minahasa Utara, untuk segera mendapat penanganan dokter hewan, untuk diperiksa kondisi kesehatan dan menjalani rehabilitasi.
Hasil tindak pidana penyelundupan
Puluhan satwa asli Papua dan Maluku ini merupakan bagian dari hasil operasi yang dilakukan oleh Phlippines Operations Grup on Ivory and Ilegal Wildlife (POGI) di kota Pasay. Dari 73 satwa tersebut, 59 ekor merupakan kakatua koki (Cacatua galerita), 11 ekor kakatua maluku (Cacatua moluccensis), kakatua raja (Probosciger aterrimus), dan kasturi kepala hitam (Lorius lory). Semuanya merupakan satwa asli Indonesia, yakni dari Papua dan Pulau Seram, Maluku.
Saat menunggu proses pemulangan, satwa yang disita sementara berada di Wildlife Park Quezon City dibawah pengawasan Biodiversity Management Bureau (BMB) Filipina. Dan setelah melalui proses panjang, akhirnya terjadi serah terima dari otoritas Filipina, BMB, Departemen Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, ke Pemerintah Indonesia, yang dilakukan di kantor BMB Quezon City pada 13 Oktober 2023.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut, Azkhari Daeng Masikki mengatakan sejak disita oleh Tim Operasi Perdagangan Gading dan Satwa Liar Filipina pada Juli 2021, pemulangan puluhan satwa ini terkendala dengan adanya Covid-19 dan proses peradilan serta birokrasi.
“Kalau dihitung kurang lebih dua tahun sudah, sejak Juli 2021 hingga 13 Oktober 2023 saat penyerahan pada pemerintah Indonesia. Satwa ini, satwa asli Indonesia, kenapa di Filipina? Karena banyak orang tak bertanggungjawab yang memperdagangkan secara ilegal,” kata Azhary.
Diselundupkan lewat laut dengan kapal-kapal kecil
Memiliki bentuk yang unik dan menarik, permintaan internasional selalu ada, membuat penyelundupan kakatua dan paruh bengkok dari Indoensia sering terjadi. Penyelundupan banyak kali dilakukan lewat laut. Hal tersebut diungkapkan, Kepala Subdirektorat Pengawetan Spesies dan Genetik, Direktorat Jendral Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, Badiah.
Badiah menyebut, 4 jenis burung yang dipulangkan tersebut masuk dalam daftar Apendiks 1 Konvensi Perdagangan Internasional Species Flora dan Fauna Terancam (CITES).
“Yang artinya, jumlah mereka sudah sangat berkurang di alam,” jelas Badiah.
Menurutnya, negara sangat dirugikan, jika dilihat dari harga jual satwa yang fantastis. Harga sepasang kakatua diluar negeri bisa mencapai ratusan juta . Selain itu, Badiah menyebut jika selama ini modus penyelundupan biasa dilakukan lewat kapal-kapal kecil, dan kadang tidak terduga.
“Negara kita kepulauan, banyak pulau berarti banyak akses, pintu masuk penyelundupan. Kadang kita tidak pernah menyangka ada kandang kecil di perahu kecil, mereka menaruh satwanya di situ,” kata Badiah.
Meski sudah melalui proses peradilan, dan satwa telah dipulangkan ke Indoensia, namun sejauh ini Badiah mengaku belum mengetahui pasti terdakwa pelaku pedagang satwa-satwa tersebut.
“Karena tertangkapnya di Filipina, yang di Indonesia kami malah tidak tahu,” ucapnya.
Rehabilitasi, sebelum dilepasliarkan
Satwa liar dilindungi yang dikembalikan merupakan aset negara yang perlu dijaga dan dilestarikan, oleh karena itu, Kepala BKSDA Sulut, Azkhari berharap agar satwa yang tiba di PPS Tasikoki bisa mendapatkan perlindungan dan pemeriksaan kesehatan dengan baik sebelum dilepasliarkan kembali ke habitat asalnya.
“Para dokter yang ada di PPS Tasikoki akan bekerja semaksimal mungkin memeriksa kondisi satwa agar bisa kembali bebas pulang, dilepasliarkan di habitatnya, baik yang di Papua atau yang di Maluku,” kata Azkhari.
Manejer Program PPS Tasikoki, Billy Lolowang merasa bersyukur satwa bisa tiba dengan selamat. Dia berterima kasih karena pihaknya masih diberi tanggung jawab. Billy menekankan soal satwa-satwa-satwa tersebut yang keluar dari Indonesia secara ilegal, namun kembali pulang dengan proses yang panjang dan secara legal.
“Satwa yang datang akan menjalani pemeriksaan selama dua hari kedepan, agar kami bisa tahu penanganan selanjutnya seperti apa, apakah harus diobati dulu jika memang sakit, atau sudah bisa langsung direhabilitasi,” kata Billy.
Billy menjelaskan untuk durasi rehabilitasi tergantung masing-masing individu satwa. Ada burung yang misalnya tidak bisa terbang disebabkan bulunya telah dicabuti. Ada juga yang masih lengkap (bulu), akan tetapi mengalami trauma sehingga tidak bisa terbang juga.
Sementara Dokter Hewan PPS Tasikoki, Avivah Vega Meidiena menjelaskan bahwa untuk memastikan kesehatan hewan perlu waktu, mengingat ada beberapa penyakit yang masa inkobasinya lebih dari 30 hari.
“Penyakit tertentu seperti flu burung, itu akan sangat diperhatikan, soalnya bisa menular, penyakit paruh, dan lainnya. Pemeriksaan akan dilakukan menyeluruh termasuk pada feses,” jelas Avivah.
Repatriasi bukti penyeludupan marak
Sulawesi Utara, menjadi wilayah yang strategis untuk jalur perdagangan satwa liar. Hal ini dibuktikan dengan adanya repatriasi yang kerap dilakukan di Sulawesi Utara. Selain itu, banyaknya kasus penyelundupan satwa ke Filipina yang berhasil digagalkan.
Tahun 2015 upaya penyelundupan kukang dan lutung ke Filipina dari Sangihe berhasil digagalkan. Terbaru, pada September 2023 terjadi percobaan penyelundupan puluhan ekor burung ke Filipina yang kembali berhasil digagalkan.
Selain itu, maraknya penyelundupan turut terlihat dari banyaknya satwa yang ada di PPS Tasikoki, yang sudah tidak bisa pulang atau dilepasliarkan ke habitat aslinya. Satwa asal Maluku dan Papua menjadi langganan. Bahkan pada tahun 2020 juga terjadi pemulangan 91 satwa dari Filipina.
“Ini bukan kali pertama, sudah banyak yang berhasil dipulangkan dan banyak juga tentu yang tidak bisa, sebab untuk bisa memulangkan kembali satwa ini ke habitatnya tidak mudah,” kata Billy.
Dalam upaya repatriasi terhadap satwa dari Filipina, banyak pihak yang terlibat. Temasuk jauh sebelum satwa tiba di Manado, Indonesia. Peran-peran penting dari banyak pihak seperti Kantor Bea dan Cukai Manado, Balai Karantina Indonesia Sulut, dan pihak maskapai Garuda Indonesia, juga pihak lainnya turut mensukseskan kepulangan satwa asli Indonesia ini.
You must be logged in to post a comment Login