Connect with us

Kotamobagu

Bertahan saat Pandemi dengan Memanfaatkan Medsos untuk Belajar Merintis Usaha

Tak habis akal, Novita mencoba membaca pasar. Melihat peluang usaha apa yang bisa dikembangkan agar bisa memperoleh penghasilan tambahan.

Published

on

Ayam geprek dan aneka gorengan yang dijual secara online oleh Novita Bakung.

KOTAMOBAGU, PANTAU24.COM – Berada di situasi pandemi Covid-19 tak membuat Novita Bakung, (34), menyerah dalam menjalankan usaha yang di rintisnya sejak awal tahun 2020 lalu.

Sejak awal Novita mencoba peruntungan dengan berjualan ayam geprek dan gorengan. Namun, pandemi yang membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan pembatasan sosial, membuat usahanya sempat berhenti.

Awal Merintis Usaha

Terbiasa hidup mandiri sedari remaja, membuat Novita tidak bisa diam menunggu suami yang bekerja sebagai supir ribadi. Pengalamannya bekerja di salon tak Ia sia-siakan. Novita mencoba mendirikan salon, namun karena persaingan dan pandemi yang melanda, pelanggan setianya hanya bisa datang saat waktu-waktu tertentu seperti Ramadhan, atau jelang Natal saja.

“Memang siklusnya begitu, di waktu-waktu tertentu ramai, tetapi saat ini, mungkin karena pandemi, orang-orang mengalami kesulitan. Ekonomi pun turun, jadi pengunjung juga jarang,” kata Novita.

Fakta menarik dan bermanfaat

Tak habis akal, Novita mencoba membaca pasar. Melihat peluang usaha apa yang bisa dikembangkan agar bisa memperoleh penghasilan tambahan.

“Biasalah, anak-anak butuh biaya. Memang sekolah dari rumah, cuma kan butuh biaya kuota, belum lagi untuk keperluan lainnya. Jadi saya berpikir pokoknya harus bisa menghasilkan.”

Baca Pula:  Hasil Survey, Kebiasaan Gosok Gigi Menurun Saat Pandemi

Saat itu, kata Novita, yang terpikir adalah mencoba usaha di bidang kuliner. Yang kira-kira paling dicari orang-orang.

“Dari situ kemudian muncul ide berjualan ayam geprek. Saya cobalah,” jelas Novita.

Ayam geprek yang dijual secara online oleh Novita Bakung.

Belajar dari Media Sosial

Belum memiliki pengetahuan yang cukup dalam mengolah ayam geprek, Novita coba memanfaatkan media sosial untuk belajar meracik bumbu dan membuat ayam gepreknya agar bisa berbeda dengan milik orang lain.

“Saya belajar dari situ. Tapi saya belum yakin, jadi saya ikut kursus online. Kemudian, saya bergabung dengan suplayer bumbu raciknya.”

Menurut Novita, awal penjualannya langsung menarik pembeli, namun karena tepung bumbunya masih menunggu suplayer sehingga banyak pembeli yang tidak terlayani.

“Akhirnya saya memberanikan diri untuk meracik bumbu sendiri. Saya belajar dari Youtube. Dan alhamdulilah hasilnya memuaskan.”

Novita Bakung, (Foto: Dokumen Pribadi).

Strategi Penjualan saat PPKM

Kebijakan pemerintah dalam memutus penyebaran covid-19, cukup memberi dampak. Terutama saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Walau begitu, Novita tetap tidak patah semangat. Ia tetap coba berjualan dengan memanfaatkan media sosial.

“Caranya saya jualan di fesbuk. Kalau ada yang beli, langsung saya antar. Dalam proses antar pun saya menerapkan prokes yang ketat. Sebab yang mengantar juga anak saya. Saya takut anak saya tertular virus. Begitupun sebaliknya,” jelas Novita.

Baca Pula:  Kotamobagu Ketambahan 25 Positif Covid-19

Tak hanya itu, Novita menuturkan, kebiasaan hasil jual juga diperhatikan. Kapan banyak pembeli dan kapan sepi.

“Biasanya malam Minggu dan Kamis, itu sepi.Entah kenapa. Yang pasti di waktu-waktu itu saya tidak akan memproduksi dalam jumlah yang banyak.”

Berhasil Membantu Ekonomi Keluarga

Upaya Novita dalam membangun usaha di masa pandemi membuahkan hasil. Dari hasil berjualan ayam geprek dan gorengan, Novita bisa mendapatkan omset hingga jutaan rupiah setiap harinya.

“Kalau ayam geprek tanpa nasi Rp10 ribu, kalau pake nasi Rp15 ribu. Ada juga kulit ayam dan gorengan yang dijual murah.”

Berpenghasilan sendiri, lanjut Novita, bisa membuat hubungan lebih harmonis. Sebab, bisa saling membantu.

“Gaji suami sebagian bisa ditabung untuk sekolah anak-anak. Untuk sehari-hari saya bisa bantu-bantu. Jadi, alhamdulilah walau pandemi masih bisa makan dan yang utama adalah, anak-anak masih tetap bisa sekolah,” pungkas Novita.