Connect with us

PERISTIWA

Belajar dari Rauf Cs, Penyandang Disabilitas yang Turut Jadi Relawan Bencana Mamuju

Meski memiliki keterbatasan secara fisik, para penyandang disabilitas memiliki semangat yang tidak kalah dengan para relawan pada umumnya.

Published

on

Rauf relawan bencana
Rauf (52), salah satu pengurus Gema difabel Kabupaten Mamuju. (Foto: Marshal/Pantau24.com)

MAMUJU, PANTAU24.COM-Relawan kemanusiaan untuk bencana gempa bumi di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) masih terus berdatangan dari berbagai kalangan, baik organisasi masyarakat, mahasiswa, maupun kepemudaan.

Dari semua relawan yang ikut membantu para korban bencana, salah satunya adalah kelompok disabilitas yang menamakan dirinya Gema (gerakan mandiri) difabel asal Kabupaten Mamuju.

Meski memiliki keterbatasan secara fisik, para penyandang disabilitas memiliki semangat yang tidak kalah dengan para relawan pada umumnya.

Seperti yang diutarakan Rauf (52), salah satu pengurus Gema difabel Kabupaten Mamuju, bahwa organisasi difable yang beranggotakan sekitar 50 orang itu telah berdiri hampir 3 tahun.

“Gema Difabel berdiri sejak pertengahan 2018 lalu. Waktu itu, anggotanya masih sangat sedikit. Tapi sekarang sudah lumayan banyak,” kata Rauf.

Fakta menarik dan bermanfaat

Pria ini harus menggunakan bantuan tongkat di sebelah kiri untuk membantunya berjalan. Ia menjadi penyandang disabilitas tidak dari lahir.

“Baru di usia remaja. Karena kecelakaan,” ungkapnya.

Kendati begitu, ia bersama teman-teman penyandang disabilitas yang tergabung dalam Gema Difabel tidak pernah merasa berkecil hati.

Bahkan, saat berbincang dengan wartawan media ini di lokasi pengungsian dekat pintu masuk Kota Mamuju, Sabtu 23 Januari 2021, ia terlihat begitu bersemangat dan berapi-api.

Dikatakan, belum lama berdiri, Gema Difable langsung merespon bencana tsunami di Palu, Sulawesi Tengah yang terjadi September 2018 lalu.

Gema Difable Mamuju disokong oleh Arbeiter Samariter Bund (ASB) yang merupakan sebuah organisasi kemanusiaan dari
Jerman.

“Kami lebih terfokus pada penyediaan instalasi air bersih siap konsumsi bagi korban bencana di pengungsian. Airnya disediakan oleh pemerintah, tapi kita punya alat untuk menyaring air agar bisa langsung dikonsumsi. Tidak perlu dimasak. Dan itu terjamin higienis,” paparnya.

Selain penyediaan air bersih, Gema Difabel juga melakukan pendataan bagi penyandang disabilitas yang turut jadi korban bencana.

“Begitu juga jika ada korban yang berpotensi menyandang disabilitas juga kita data dan beri penguatan untuk tetap kuat dan bersemangat menjalani hidup,” sahutnya.

“Sampai hari ini, sudah ada tiga titik pengungsian yang kami datangi. Alhamdulillah para pengungsi ikut terbantukan,” pungkasnya.

Sekadar informasi, Gema Difabel Mamuju memiliki sekretariat di Jalan Ahmad Kirang Nomor 53 tepat di lampu merah Kota Mamuju.

Sekretariat Gema Difabel saat ini juga dijadikan posko bagi pengungsi disabilitas.