Connect with us

PERISTIWA

Akibat Trauma, Ribuan Pengungsi Mamuju Masih Bertahan di Lokasi Pengungsian

Mereka mengaku masih trauma dan takut akan terjadi gempa susulan dengan kekuatan lebih besar.

Published

on

Suminto (40) bersama anggota keluarganya, termasuk bayi berusia satu bulan masih bertahan di lokasi pengungsian. (Foto: Pantau24.com/Marshal Datundugon)

MAMUJU, PANTAU24.COM-Kondisi Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat berangsur pulih pasca gempa magnitudo 6,2 yang terjadi Jumat 15 Januari 2021, dini hari lalu.

Meski begitu, ribuan warga yang terdampak masih tetap bertahan di tenda-tenda pengungsian.

Mereka mengaku masih trauma dan takut akan terjadi gempa susulan dengan kekuatan lebih besar.

Apalagi, sebagian besar rumah warga yang mengungsi mengalami kerusakan, baik rusak ringan, sedang hingga rusak berat.

Seperti yang dialami sekitar 30-an kepala keluarga di Desa Sumare, Kecamatan Simboro yang hingga saat ini masih memilih bertahan di lokasi pengungsian yang ada di ketinggian berjarak sekitar 1 kilometer lebih dari rumah mereka.

Fakta menarik dan bermanfaat

Baca juga: 64 Jiwa Pengungsi Laboang Rano Terima Bantuan Logistik

Suminto (40), salah satu pengungsi dari Dusun Lambagu, Desa Sumare mengaku masih trauma.

Pasalnya, Dusun Lambagu berada di kaki gunung dan juga menghadap laut. Sangat membahayakan jika terjadi longsor atau air laut naik.

Suminto menceritakan situasi saat gempa dahsyat itu mengguncang, saat sebagian besar warga tenga tertidur lelap.

“Itu sekitar jam 2 malam. Tiba-tiba bumi bergoncang begitu keras. Ditambah lagi hujan dan listrik langsung padam,” ujar Suminto.

Sekejap ia langsung membangunkan seluruh anggota keluarganya. Istri dan 7 orang anak serta dua menantu, juga cucunya yang baru berusia satu bulan.

Mereka bergegas lari ke atas bukit dalam kondisi gelap gulita.

“Bahkan cucu saya yang baru sebulan itu tak sempat dipakaikan selimut. Itu saya yang gendong dan lari ke atas gunung. Tak ada barang apapun yang dibawa. Situasi gelap. Senter juga tak ada,” ungkap pria yang berprofesi sebagai nelayan itu.

Hingga kini, Suminto bersama istrinya dan anggota keluarga lainnya masih bertahan dalam satu tenda berukuran kecil di atas bukit Desa Sumare.

Begitu juga dengan warga lainnya. Saat ini mereka butuh bantuan. Khususnya tenda dan logistik lainnya. Termasuk air bersih.

“Rata-rata dalam satu tenda lebih dari satu keluarga. Bahkan ada yang sampai 5 kepala keluarga dalam satu tenda. Bantuan logistik juga harus kami jemput ke ibu kota. Kami masih takut kebali ke rumah,” sahutnya.

Sementara itu, data dari BNPB hingga Jumat 22 Januari 2021 tercatat total korban gempa M6,2 Sulawesi Barat antara lain korban meninggal dunia 91 orang, hilang 3 orang, luka berat 404, luka sedang 240, luka ringan 1.474 dan mengungsi 87.373.