Connect with us

Bitung

Warga Bitung Desak Polisi Bertindak Tegas, Netizen: “Kalau Perlu, Tembak Pelaku di Tempat”

Published

on

Foto:Ilustrasi

BITUNG, Pantau24.com – Rasa aman warga Kota Bitung, Sulawesi Utara, kini berada di titik nadir. Maraknya aksi kekerasan jalanan seperti penikaman dan teror panah wayer membuat masyarakat resah dan mulai kehilangan kepercayaan terhadap efektivitas aparat kepolisian. Desakan agar polisi mengambil tindakan tegas bahkan menguat di media sosial, termasuk permintaan agar pelaku ditembak di tempat jika membahayakan.

“Sudah terlalu banyak korban. Kalau polisi hanya beri pembinaan, para pelaku tidak akan jera. Kalau perlu, tembak saja di tempat!” tulis salah satu akun Facebook yang disukai dan dibagikan ratusan kali.

Sentimen serupa juga disuarakan dalam berbagai grup warga Bitung. Banyak yang menyebut, Kapolres Bitung AKBP Albert Zai harus menunjukkan ketegasan nyata jika ingin memulihkan rasa aman di tengah masyarakat.

“Kalau Kapolres tidak mau ambil tindakan tegas, lebih baik mundur saja,” tulis komentar lain yang viral di media sosial.

Fakta menarik dan bermanfaat

Kekerasan Terbaru: Penikaman di Parkiran Hotel
Puncak kemarahan warga dipicu oleh insiden penikaman terbaru terhadap Ovan Paparang (38), warga Kelurahan Bitung Timur, yang terjadi Minggu (13/4/2025) sekitar pukul 04.27 WITA. Korban ditikam oleh pelaku tak dikenal di parkiran sebuah hotel di Kelurahan Aertembaga Satu, Kecamatan Aertembaga.

Pelaku disebut mengenakan hoodie dan datang mengendarai sepeda motor. Tanpa peringatan, pelaku langsung menikam korban di bagian perut sebelum melarikan diri.

“Pelaku turun dari motor, langsung tikam korban. Cepat sekali kejadiannya,” ujar seorang saksi mata.
Korban saat ini masih menjalani perawatan di RSUP Prof Kandou Manado dalam kondisi luka serius.

Polisi Kantongi Ciri Pelaku
Kapolsek Aertembaga, Iptu Tuegeh D. Darus, membenarkan adanya laporan penikaman tersebut. Ia menyebutkan pihaknya telah mengantongi ciri-ciri pelaku dan menemukan beberapa petunjuk penting di lokasi kejadian, termasuk rekaman CCTV dan STNK motor yang diduga milik pelaku.

“Kami sudah punya gambaran jelas. Saat ini sedang dilakukan pengejaran. Kami akan tindak tegas,” kata Darus.

Meski begitu, motif penyerangan masih dalam penyelidikan. Polisi belum memastikan apakah kasus ini berkaitan dengan rangkaian kekerasan lainnya yang tengah marak di Bitung.

Deretan Kejahatan Jalanan Picu Ketakutan
Kekerasan yang dialami Ovan bukan kasus tunggal. Bitung dalam beberapa hari terakhir dilanda berbagai aksi kejahatan brutal—dari penikaman hingga teror panah wayer yang membahayakan pengguna jalan dan warga sipil.

Menurut catatan warga, beberapa pelajar, pengendara motor, dan bahkan ibu rumah tangga pernah menjadi korban kekerasan serupa. Kondisi ini membuat masyarakat hidup dalam kecemasan.

“Kami tidak tahu kapan jadi korban berikutnya. Jalan di malam hari sekarang seperti berjudi dengan nyawa,” ujar seorang warga di Kelurahan Paceda.

Tuntutan untuk Tindakan Nyata
Salah satu warga Alfian Lapi menilai desakan masyarakat agar pelaku ditembak di tempat adalah bentuk frustrasi terhadap lemahnya penegakan hukum.

“Desakan agar pelaku ditembak mencerminkan ketidakpercayaan terhadap proses hukum yang lamban atau tak memberikan efek jera. Polisi harus merespons dengan tindakan nyata yang terukur,” ujar Lapi kepada media ini.

Ia menegaskan bahwa tindakan tegas tidak berarti melanggar hak asasi, selama dilakukan dalam koridor hukum—terutama jika pelaku membahayakan nyawa warga atau petugas saat ditangkap.

Kapolres Bitung Didesak Ambil Langkah Konkret
Kini publik menunggu langkah Kapolres Bitung AKBP Albert Zai. Desakan agar polisi tampil lebih keras terhadap pelaku kejahatan bukan sekadar kemarahan sesaat, tetapi cerminan krisis kepercayaan masyarakat terhadap sistem keamanan kota.

Jika pelaku-pelaku kejahatan terus dibiarkan berkeliaran tanpa tindakan nyata, ketakutan warga akan menjelma menjadi ketidakpedulian, di mana hukum dianggap tak lagi punya wibawa.

“Hukum harus ditegakkan, dan aparat harus jadi garda terdepan. Jangan biarkan Bitung jadi kota yang ditakuti oleh warganya sendiri,” kata Lapi menutup.