Editor's Pick
Dorong penguatan pangan lokal sebagai solusi ketahanan pangan
PANTAU24.COM – Pada gelaran IDEAFEST 2024, Badan Pangan Nasional (Bapanas) bersama Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) kompak menyuarakan pentingnya penguatan pangan lokal untuk ketahanan pangan nasional. Dalam sebuah diskusi bertema “Di Balik Dapur Makan Siang Bergizi: Dari Ladang Hingga ke Piring”, para pembicara menekankan peran pangan lokal sebagai solusi untuk memperbaiki kualitas gizi masyarakat, khususnya generasi muda.
Rinna Syawal, Direktur Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan Bapanas, menyampaikan bahwa penguatan konsumsi pangan yang berkualitas sangat penting untuk memastikan generasi Z menjadi SDM yang sehat, produktif, dan siap menyambut bonus demografi 2045.
“Pola konsumsi pangan adalah perilaku yang sangat mempengaruhi keadaan gizi seseorang,” ujar Rinna.
Ia mengungkapkan, pada 2023, Indonesia mencatat skor Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar 94,1, mendekati skor ideal 100. Meski begitu, konsumsi beras dan terigu masih tinggi, sementara umbi-umbian, protein hewani, sayur, dan buah belum memenuhi rekomendasi.
Lebih lanjut, Rinna menekankan pentingnya memanfaatkan potensi pangan lokal sebagai sumber ekonomi daerah dan memperbaiki pola makan masyarakat dengan prinsip gizi seimbang berbasis kearifan lokal.
“Diversifikasi pangan adalah salah satu strategi penting untuk mencapai kemandirian pangan,” katanya.
Penggerak pangan lokal berbagi pengalaman
Pada sesi diskusi, beberapa inisiator pangan lokal membagikan pandangan dan pengalaman mereka. Ahmad Arif, inisiator dari Nusantara Food Biodiversity, menekankan bahwa Indonesia memiliki keragaman sumber pangan lokal yang luar biasa. Namun, masih banyak daerah yang bergantung pada pangan dari luar, mengakibatkan biaya tinggi bagi masyarakat setempat.
“Ketergantungan pada satu komoditas pangan sangat berisiko, apalagi dengan kondisi geografis Indonesia yang berbeda-beda di tiap daerah,” kata Arif.
Ia juga menyoroti bahwa desentralisasi pangan berbasis produksi lokal bisa menjadi solusi dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.
Ismu Widjaya, seorang penggerak pangan lokal dari Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, menyoroti kekayaan bahan pangan di daerahnya. Ia bermitra dengan nelayan, petani, dan peladang lokal untuk mendapatkan bahan makanan seperti ikan, ubi, dan kacang panjang.
“Kami tidak hanya meningkatkan kualitas produk kami, tetapi juga kehidupan mereka,” kata Ismu, merujuk pada dampak positif kemitraan dengan masyarakat setempat.
Selain itu, Ismu juga berbicara tentang keanekaragaman hayati di Kapuas Hulu yang sangat mendukung produksi pangan lokal.
“Hutan di Kalimantan menyimpan sekitar 147 jenis tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan pangan,” jelasnya, seraya menekankan pentingnya perlindungan hutan sebagai kunci keberlanjutan pangan lokal.
Pangan lokal sebagai sumber ekonomi dan gizi
Stephanie Cindy Wangko, pegiat sosial dari Papua Selatan, juga berbagi pandangannya tentang potensi pangan lokal di Papua. Ia menjelaskan bahwa masyarakat Papua Anim menggantungkan hidup mereka pada alam, dengan makanan pokok seperti sagu, ubi, dan pisang. Cindy juga menyoroti ancaman terhadap pangan lokal akibat program transmigrasi dan perubahan pola konsumsi masyarakat yang bergeser dari sagu ke beras.
“Masyarakat Papua masih tradisional dalam berburu dan meramu, namun sayangnya, banyak hasil buruan yang dijual untuk membeli beras atau mie instan,” ujar Cindy.
Ia berharap lebih banyak perhatian dan dukungan diberikan untuk mengembangkan produk olahan pangan lokal seperti sagu sep dan abon gastor yang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.
Kedaulatan pangan: tantangan dan harapan
Said Abdullah, Koordinator Nasional KRKP, menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara yang berdaulat pangan. “Kami memiliki produsen pangan skala kecil dan sumber daya pangan yang melimpah, tetapi yang belum ada adalah kesungguhan dan komitmen kuat untuk mewujudkan kedaulatan pangan,” tegasnya.
Said juga mengingatkan pentingnya menjaga keragaman dan lokalitas pangan dalam sistem pangan Indonesia. “Kedaulatan pangan tidak hanya soal ketahanan pangan, tetapi juga soal kehidupan petani dan keberlanjutan lingkungan,” kata Said.
Ia menekankan perlunya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat sipil, dan komunitas lokal untuk menciptakan sistem pangan yang inklusif dan berkelanjutan.
Dengan pesan-pesan yang kuat tentang pentingnya diversifikasi pangan dan pelestarian pangan lokal, IDEAFEST 2024 berhasil menggarisbawahi peran vital pangan lokal dalam menciptakan ketahanan pangan yang berkelanjutan dan membangun masa depan yang lebih sehat dan sejahtera bagi generasi mendatang.
Tentang IDEAFEST 2024
IDEAFEST adalah festival kreatif yang setiap tahunnya menghadirkan berbagai pemikiran dan inovasi dari para pakar lokal dan global. Tahun ini, dengan tema “i” yang melambangkan individu-individu dari berbagai generasi dan identitas, festival ini berfokus pada bagaimana memberdayakan kecerdasan kolektif untuk menghadapi tantangan masa depan.
You must be logged in to post a comment Login