Solikah, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di desa nelayan Teluk, menangis sambil menunjuk ke tumpukan sampah yang berserakan di pantai dekat rumahnya yang telah ia tempati selama 40 tahun.
Teluk, sebuah desa di Banten, memiliki salah satu pantai yang paling tercemar di wilayah tersebut karena warga desa menyatakan bahwa hujan lebat meningkatkan kekuatan pasang laut. Dampaknya, lebih banyak sampah terbawa ke pantai.
“Anda tidak bisa memprediksi cuaca,” kata Solikah, 58 tahun.
Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca kemarau yang lebih ringan tahun ini, yang diperkirakan akan dimulai lebih lambat dari biasanya pada Mei dan Juni di Jawa.
Fikri Jufri, ketua komunitas yang fokus membersihkan pantai di Teluk, mengatakan hujan mengakibatkan tumpukan sampah.
“Setiap tahun, hujan dan angin membawa sampah dari laut ke pantai,” katanya. Ia mengatakan selama bertahun-tahun tumpukan sampah plastik mengalir ke laut melalui sungai, tetapi air pasang kali ini membawa sampah tersebut kembali ke darat.
Sampah-sampah berupa bungkus biskuit dan sikat gigi, bungkus mie instan atau bahkan sandal sering bertebaran di pantai, tempat tinggal penduduk desa.
Indonesia merupakan salah satu negara yang berkontribusi besar terhadap masalah sampah plastik di lautan dunia.
Sebuah rekaman video yang menampilkan sekelompok pemuda yang peduli lingkungan yang membersihkan banyak sampah di Teluk pada tahun lalu menjadi viral di platform media sosial TikTok.
Walau sampah menjadi masalah, keluhan utama yang diungkapkan oleh para nelayan setempat adalah cuaca yang tidak dapat diprediksi, yang berdampak pada pekerjaan mereka.
Jayadi, 33 tahun, mengungkapkan kekhawatirannya saat air pasang yang diakibatkan oleh cuaca buruk sering menghalangi aktivitas melautnya. Dia menyatakan keprihatinannya karena situasi ini mengancam pendapatannya, terutama menjelang perayaan Idulfitri.
“Banyak warga desa yang menangis karena tidak bisa membeli beras jika cuaca terus seperti ini,” ujarnya. “Tahun lalu sekitar waktu ini laut lebih tenang, jadi kami bisa mendapatkan ikan, cumi-cumi.” [ah/rs]
You must be logged in to post a comment Login