PERISTIWA
Anak Badak Lahir di Way Kambas, Anak Gajah Lahir di Aceh Jaya
Koordinator Tim Dokter Hewan di SRS TN Way Kambas Zulfi Arsan mengatakan badak Ratu mulai menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan sejak Sabtu dini hari pukul 00.04 WIB dan melahirkan bayinya pada pukul 01.44 WIB.
Zulfi menjelaskan bahwa selama mengandung bayinya, badak Ratu mendapat tambahan hormone penguat kehamilan setiap hari; dan asupan pakan dengan jenis, variasi dan jumlah yang sangat diperhatian agar kebutuhannya tercukupi. Badak Ratu juga menjalani pemeriksaan USG (ultrasonografi) setiap 10-14 hari sejak umur kebuntingan awal atau 20 hari pasca kawin, hingga tiga hari menjelang kelahiran. Pemantauan intensif selama 24 jam oleh tim dokter hewan, paramedis, dan perawat satwa SRS TN Way Kambas dilakukan sejak satu minggu menjelang kelahiran hingga dua bulan ke depan.
Bayi badak betina yang kuat itu sudah dapat berdiri sekitar 45 menit setelah dilahirkan. Dokter hewan di Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik (KKHSG) Kementerian Lingkungan Hidup Dedi Candra mengatakan dua jam setelah dapat berdiri, bayi badak mulai mencari putting susu induknya untuk menyusu. Bayi badak betina itu memiliki bobot 27 kilogram.
Ditambahkannya, “sejak melahirkan hingga saat ini, badak Ratu menunjukkan sikap over protective (sangat melindungi.red) anaknya.” Tim dokter hewan akan terus memantau kesehatan ibu dan bayi badak ini.
Keterangan pers dari Kementerian Lingkungan Hidup menyatakan badak ratu sudah mulai mengajak bayinya menjelajahi hutan dan belajar berkubang pada hari Minggu (1/10).
Perbanyak Populasi Badak, KLHK Berencana Integrasikan Upaya Alami dan Teknologi Reproduksi Berbantu
Penjabat Direktur KKHSG KLHK Indra Exploitasia mengatakan selain upaya pengembangbiakan alami, pihaknya berencana mengintegrasikan metode Assisted Reproductive Technology (ART) melalui Teknologi Reproduksi Berbantu untuk memperbanyak badak Sumatera ini.
“Untuk itu pihak KLHK dibantu tim ART dan Biobank IPB University telah mengambil jaringan tali pusar tak lama setelah kelahiran anak ketiga badak Ratu untuk dijadikan sumber sel punca (stem cells). Saat ini jaringan tali pusar itu telah berada di Laboratorium Pusat ART dan Biobank Badak Sumatera Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University untuk dilakukan perbanyakan sel punca,” paparnya.
Koordinator tim ART dan Biobank IPB University Dr. Muhammad Agil mengatakan laboratorium Pusat ART dan Biobank Badak Sumatera dengan dukungan Leibniz Institute for Zoo and Wildlife Research (Leibniz-IZW) Jerman berkomitmen mendukung program propagasi (perbanyakan atau pengembangbiakan.red) badak Sumatera yang dilakukan KLHK.
“Diharapkan kerjasama ini dan program transfer embrio akan dapat memproduksi embrio badak Sumatera untuk menghasilkan individu badak Sumatera baru melalui induk pinjam (surrogate mother.red),” ujar Muhammad Agil.
Bayi Gajah Betina Lahir di Aceh Jaya
Sebelumnya seekor bayi gajah betina juga lahir di Conservation Rescue Unit (CRU) Alue Kuyun, Aceh Jaya.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh melaporkan telah lahir seekor bayi gajah Sumatra di Conservation Respon Unit (CRU) Alue Kuyun di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Kepala BKSDA Aceh, Gunawan Alza, mengatakan bayi mamalia darat itu lahir dari induk gajah jinak bernama Suci, hari Kamis (21/9).
“Kabar gembira dari CRU Alue Kuyun bahwa telah lahir anak gajah dari induk gajah jinak bernama Suci yang berusia 34 tahun,” katanya melalui keterangan resmi, hari Minggu (24/9).
Gunawan menjelaskan bayi gajah itu teridentifikasi berjenis kelamin betina. Bayi gajah itu juga terlahir dalam kondisi sehat.
“Bayi gajah yang belum diberi nama ini merupakan anak ketiga dari indukan bernama Suci,” jelasnya.
Kelahiran satwa endemik Pulau Sumatra ini akan memberi harapan jika gajah jinak terus dapat berkembang biak dengan alami sehingga menambah populasi gajah. Dengan kelahiran tersebut, maka gajah jinak di CRU Alue Kuyun berjumlah lima individu terdiri dari satu jantan dan empat betina.
“Semoga induk gajah Suci dan bayinya sehat serta dapat bergabung dengan gajah jinak lainnya,” ucap Gunawan.
Seperti diketahui indukan bernama Suci itu sebelumnya melahirkan bayi gajah betina di CRU Sampoiniet di Kabupaten Aceh Jaya dan diberi nama Rosa. Namun bayi gajah itu telah mati terserang penyakit elephant endotheliotropic herpes virus (EEHV).
Kemudian, Suci kembali melahirkan bayi gajah betina di CRU Alue Kuyun dan diberi nama Nyak Boni. Kini, anak gajah itu telah berusia empat tahun.
Suci merupakan salah satu gajah jinak yang dikelola oleh BKSDA Aceh berasal dari daerah Ulee Glee di Kabupaten Pidie Jaya.
You must be logged in to post a comment Login