Connect with us

CARI TAHU

3 Cara Hadapi Tantangan Jadi Orang Tua di Masa Pandemi

Psikolog Prita Tyas Mangestuti memahami bagaimana orang tua berjibaku memenuhi tanggung jawab pekerjaan tetapi juga tetap berusaha mendampingi anak belajar dan bermain.

Published

on

PANTAU24.COM-Suatu kemewahan tersendiri saat bisa bekerja dari rumah di masa pandemi Covid-19. Namun kemewahan ini pun berimbang dengan tantangannya, terlebih jika sudah memiliki anak.

Psikolog Prita Tyas Mangestuti memahami bagaimana orang tua berjibaku memenuhi tanggung jawab pekerjaan tetapi juga tetap berusaha mendampingi anak belajar dan bermain. Dia berkata tak hanya Anda saja yang cukup dibuat kewalahan tetapi juga orang tua di seluruh dunia.

Dari beberapa riset yang ia temukan, ternyata secara umum para orang tua menghadapi sejumlah tantangan antara lain,

  • Mengelola energi.
    Tidak seperti sebelum pandemi, kini seluruh waktu anak tercurah di rumah. Orang tua harus mengelola dan memberikan energi, menyediakan kebutuhan anak, memberikan pendampingan.
  • Mengelola waktu.
    Tak jarang demi bisa menyelesaikan beberapa hal sekaligus, orang tua memilih untuk ‘multitasking’.

“Sambil kerja, sebelahnya anak beraktivitas. Padahal di beberapa jurnal multitasking ini menghabiskan energi, kelelahan, bahkan menurunkan IQ kalau keseringan,” kata Prita dalam bincang virtual bersama S-26 Procal Nutrissentials, Rabu (7/7).

Jika tantangannya begini, lalu bagaimana cara mengelola agar tidak mengganggu perkembangan anak?

Fakta menarik dan bermanfaat

1. Sistem ‘block time’

Prita mendorong para orang tua untuk menghindari multitasking. Ini memang terlihat merepotkan tetapi hasilnya bakal sangat berpengaruh pada perkembangan anak. Dia menyarankan untuk menyediakan waktu khusus atau ‘block time’.

Dengan penyediaan waktu khusus ini, Anda memberikan energi juga perhatian sepenuhnya pada satu aktivitas. Sebagai contoh, waktu 30 menit mulai 7.30-08.00 pagi untuk menemani anak. Letakkan ponsel atau gawai jauh-jauh, amati apa yang anak lakukan, ikut terlibat pada apa yang mereka senangi, berikan sentuhan fisik atau kontak mata.

Prita berkata dengan ‘block time’, Anda bisa sekaligus memantau perkembangan anak sekaligus memberikan informasi terkait fasilitas yang mereka butuhkan. “Misal anak 2 tahun, dia bisa berapa kosakata, melihat aktivitas apa yang dia sukai. Ternyata diberi cat air dan kertas, dia senang sekali. Berarti kita bisa menentukan besok aktivitasnya mau apa, menyediakan beragam media sehingga makin terstimulasi,” jelasnya.

2. Menyampaikan rutinitas pada si kecil

Sangat penting untuk menyampaikan rutinitas sehari-hari pada anak. Kemudian orang tua juga berusaha melibatkan anak. Untuk ibu bekerja misal, sampaikan pada anak bahwa jam 08.00 ibu akan masuk ke ruangan untuk bekerja, lalu sore akan ke dapur untuk memasak.

“Libatkan si kecil buat bantu kalau memungkinkan, misal mengelap meja, membersihkan lantai,” imbuhnya.

3. Menghargai kemampuan anak

Tiap hari, selalu ada kemampuan atau skill baru yang dimiliki anak sekecil apapun. Anak bisa mengenakan celana sendiri, buang air kecil tanpa bantuan, menyelesaikan gambar, sehingga penting untuk memberikan mereka apresiasi.

“Hal-hal ini meskipun biasa, sepele, tapi kalau kita responsif, sel-sel otak sambungannya lebih cepat. Sambungan ini ibaratnya pondasi untuk mereka tumbuh, belajar baca, tulis, hitung, motorik kasar dan halus, pondasinya hubungan kuat ibu dan anak,” kata Prita.

|Sumber: CNNIndonesia.com