Connect with us

CARI TAHU

Benarkah Covid-19 Dapat Tinggal di Penis dan Sebabkan Sulit Ereksi?

Dalam studi ini, para peneliti mencatat bahwa pria yang terinfeksi telah menunjukkan bukti kerusakan pada lapisan pembuluh darah kecil di jaringan penis, tetapi pria yang bebas virus tidak.

Published

on

PANTAU24.COM-Dalam sebuah studi kecil, para ilmuwan di Fakultas Kedokteran Universitas Miami Miller menjelaskan bagaimana virus corona penyebab Covid-19 dapat ditemukan di jaringan penis lama setelah infeksi awal sembuh. Pada gilirannya, ahli percaya hal ini berpotensi memengaruhi kemampuan ereksi. Contoh dari apa yang disebut “schlong-COVID” (itu bukan nama ilmiah) baru-baru ini didokumentasikan di World Journal of Men’s Health.

Para peneliti mengumpulkan jaringan penis dari empat pasien yang menjalani operasi prostesis penis karena disfungsi ereksi yang parah. Dua tidak memiliki riwayat Covid-19, satu relawan sebelumnya mengalami infeksi ringan, dan seorang yang lain pernah dirawat di rumah sakit karena infeksi Covid-19. Kedua pria yang terinfeksi Covid-19 mengaku, sebelum terinfeksi virus corona, fungsi ereksi penis mereka normal. SARS-CoV-2 ditemukan di dalam jaringan penis kedua pria yang pernah mengalami Covid-19, tetapi tidak pada pasangan yang tidak terinfeksi.

Dilansir dari IFL Science, Kamis (13/5/2021), kondisi sangat luar biasa karena kedua pria tersebut sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19 sejak enam bulan lalu. Namun setengah tahun setelahnya, virus ternyata masih bertahan di penis. Mungkin tampak tidak terduga bahwa SARS-CoV-2 dapat memengaruhi kemampuan ereksi penis. Namun, ini semua ada kaitannya dengan pembuluh darah.

Sejumlah bukti menunjukkan, SARS-CoV-2 dapat menyerang pembuluh darah dan menyebabkan kerusakan pada sistem pembuluh darah di banyak organ tubuh. Ini juga tampaknya berlaku untuk pembuluh darah yang dapat ditemukan dengan jaringan ereksi penis. Agar penis bisa ereksi, darah mengalir ke jaringan ereksi spons – disebut corpus cavernosum – di tengah penis, menyebabkannya menjadi kaku dan keras seperti balon yang terisi udara.

Baca Pula:  Aksi 212 Minta Ahok Mundur, Sandiaga Membela

Dalam studi ini, para peneliti mencatat bahwa pria yang terinfeksi telah menunjukkan bukti kerusakan pada lapisan pembuluh darah kecil di jaringan penis, tetapi pria yang bebas virus tidak. Berdasarkan semua pengamatan ini, penulis penelitian berhipotesis bahwa Covid-19 dan kerusakan pembuluh darah di penis dapat menyebabkan disfungsi ereksi pada beberapa pasien. Juga dikemukakan bahwa memburuknya disfungsi ereksi mungkin disebabkan oleh keberadaan virus di jaringan penis.

Fakta menarik dan bermanfaat

Ingatlah, penelitian ini hanya dianggap sebagai studi percontohan dan hanya menampilkan ukuran sampel yang sangat kecil, jadi temuannya harus diambil dengan hati-hati. Dengan kata lain, hanya karena Anda terjangkit Covid-19, bukan berarti jaringan penis telah terinfeksi dan Anda akan terus mengalami masalah di kamar tidur. Karena itu, jika Anda khawatir tidak ereksi di pagi hari, Anda harus memeriksakan diri ke dokter.

“Penelitian kami menunjukkan bahwa Covid-19 dapat menyebabkan disfungsi endotel yang meluas di sistem organ di luar paru-paru dan ginjal. Disfungsi endotel yang mendasari yang terjadi karena Covid-19 dapat memasuki sel endotel dan mempengaruhi banyak organ, termasuk penis, “Ranjith Ramasamy, penulis studi dan profesor dan direktur Program Urologi Reproduksi Sekolah Miller, mengatakan dalam siaran pers. “Ini menunjukkan bahwa pria yang mengembangkan infeksi Covid-19 harus menyadari bahwa disfungsi ereksi dapat menjadi efek buruk dari virus corona, dan mereka harus pergi ke dokter jika mereka mengalami gejala disfungsi ereksi,” tambah Dr Ramasamy.

Baca Pula:  25.761 Petani Bolmong Terima Kartu Tani, Ini Manfaatnya

Penelitian lain

Dalam studi yang terbit di jurnal Andrology edisi 20 Maret 2021, bahkan menyebut bahwa Covid-19 dapat meningkatkan risiko disfungsi ereksi hingga enam kali lipat pada pria muda. Pada pria dengan riwayat Covid-19, perkiraan risiko mengembangkan disfungsi ereksi adalah 5,66 lebih tinggi, bahkan setelah faktor lain dipertimbangkan. Penelitian itu dipimpin oleh Emmanuele A. Jannini, MD, profesor endokrinologi dan seksologi medis, Universitas Roma Tor Vergata, Roma, Italia. Sebaliknya, data dari studi tersebut juga menunjukkan bahwa disfungsi ereksi juga meningkatkan kerentanan pria terhadap infeksi SARS-CoV-2.

Pria dengan disfungsi ereksi lima kali lebih mungkin untuk terinfeksi Covid-19. Menurut Jannini, disfungsi ereksi bisa menjadi komplikasi jangka pendek dan jangka panjang dari Covid-19. “Vaksinasi Covid-19 penting untuk para pria. Selain itu yang tak kalah penting juga memakai masker untuk melindungi diri. Manfaat tambahannya adalah mencegah disfungsi seksual,” katanya. Dia meyebutkan bahwa usia yang lebih tua, diabetes, indeks massa tubuh (BMI) tinggi, dan merokok meningkatkan risiko tertular Covid-19. Hal tersebut, sama dengan faktor risiko disfungsi ereksi.(*)