Connect with us

Bolmong

Di Bolmong, Stigma Negatif Terhadap Penderita TBC Masih Kental

Tak hanya di kalangan masyarakat umum, bahkan di lingkungan tenaga kesehatan (nakes) saja masih ada yang menaruh stigma negatif terhadap TBC.

Published

on

Kepala Seksi Pencegahan Penyakit, Dinkes Bolmong, Fundhora Mokodompit

BOLMONG, PANTAU24.COM-Tuberkulosis atau TBC telah menjadi penyakit menular utama di Indonesia sejak lama. Meski begitu, penyakit yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis itu belum benar-benar dikenali masyarakat.

Umumnya masyarakat mengenal TBC sebagai penyakit menular yang menginfeksi saluran pernapasan. Namun, dikutip dari berbagai sumber, TBC juga dapat menyerang organ tubuh lainnya, seperti ginjal, usus, dan tulang. Jika terkena kulit, akan terjadi luka yang terus melebar.

Orang yang mengalami penyakit TBC akan mengalami sesak ketika bernapas, batuk berdarah, demam tinggi, berkeringat pada malam hari, dan nafsu makan turun. Jika dibiarkan, kondisi penderita TBC akan bertambah parah hingga berdampak pada kematian.

Sehingga itu, meskipun belum benar-benar memahami TBC, masyarakat cukup khawatir akan penularannya. Kekeliruan pemahaman tentang TBC berkembang menjadi kekhawatiran yang berdampak pada stigma buruk bagi penderita.

Ilustrasi

Termasuk di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), stigma negatif bagi penderita TBC masih kental terasa.

Fakta menarik dan bermanfaat

Hal itupun diakui Kepala Seksi Pencegahan Penyakit, Dinas Kesehatan (Dinkes) Bolmong, Fundhora Mokodompit.

“Sejauh ini, stigma terhadap penyakit TBC di bolmong masih cenderung negatif. Sama halnya dengan Kusta maupun HIV,” kata Fundhora saat ditemui di ruang kerjanya, Senin 19 April 2021.

Lebih lanjut dijelaskan, hingga kini Dinkes Bolmong terus melakukan sosialisasi terkait perubahan stigma terhadap penderita TBC. Pasalnya, stigma ini menurutnya sudah terbentuk sejak dulu. Tak hanya di kalangan masyarakat umum, bahkan di lingkungan tenaga kesehatan (nakes) saja masih ada yang menaruh stigma negatif terhadap TBC.

“Beruntung, sejauh ini belum ada info pengucilan terhadap penderita TBC di bolmong,” jelasnya.

Salah satu langkah yang dilakukan pemerintah melalui Dinkes adalah, dengan gencar melakukan promosi kesehatan (promkes) dengan merangkul tokoh masyarakat dan kader di desa.

Saat itu juga ada Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Dalam proram ini, juga sekaligus dilakukan skrining penyakit bagi masyarakat. Jadi, jika ada yang terindikasi TB ataupun penyakit lain maka langsung ditindaklanjuti.
Begitu juga dengan masyarakat yang datang berobat ke Puskesmas atau Pustu, dan terindikasi TBC maka langsung di follow up oleh petugas untuk pemeriksaan lendir atau foto rontgen.

“Upaya lain yang dilakukan untuk mendeteksi penderita TBC adalah dengan gerakan ketuk pintu oleh petugas puskesmas atau kader desa. Tentunya, kader desa boleh turun atas dukungan dari pemerintah desa,” sahutnya.

Di sisi lain, secara psikis, penderita yang menerima stigma negatif menjadi patah semangat dan malu. Akibatnya, sering kali mereka enggan berobat karena takut diketahui orang lain. Padahal, jika terlambat berobat, penyakit akan bertambah parah.

“Bahakan bisa berujung pada kematian,” imbuhnya.

Kasus TBC di Indonesia

Pada 2018, jumlah kasus TBC di Indonesia diperkirakan 842.000 kasus berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dari jumlah ini, masih ada 39 persen yang belum terdeteksi dan belum menerima pengobatan sehingga penularannya masih tinggi.

Publikasi Profil Kesehatan Indonesia 2018 mencatat, temuan kasus tuberkulosis pada 2018 sebanyak 566.623 kasus. Jumlah ini meningkat dari 2017 yang dilaporkan sebesar 446.732 kasus.

Selain itu, berdasarkan data TBC Indonesia, angka kematian akibat tuberkulosis pada 2017 mencapai 107.000 orang atau rata-rata 40 orang per 100.000 penduduk. Sampai 2018, WHO menyebutkan angka kematian (case fatality rate/CFR) TBC di Indonesia mencapai 12 persen.

Angka kematian ini lebih tinggi dibandingkan sejumlah penyakit menular, seperti demam berdarah, AIDS, bahkan Covid-19. Pada 2017 angka kematian akibat demam berdarah dan AIDS di Indonesia mencapai 0,72 persen dan 1,08 persen.

Ciri-ciri penyakit TBC yang harus diwaspadai

Adapun ciri-ciri penyakit TBC yang harus diwaspadai adalah batuk selama lebih dari tiga minggu, batuk berdarah, demam yang berlangsung lama, nafsu makan berkurang, berat badan turun, dan badan lemas.

Penyakit TBC disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini tersebar melalui partikel air liur (droplet) yang dikeluarkan ketika seseorang yang terinfeksi, berbicara, batuk, dan bersin. Percikan dahak di udara dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan gelap dan lembab.

Jika droplet ini terhirup orang lain, ada potensi orang tersebut terinfeksi bakteri TBC. Orang yang terinfeksi bakteri TBC juga belum tentu mengidap penyakitnya. Hal ini dapat terjadi jika orang yang terinfeksi bakteri memiliki daya tahan tubuh yang baik. Hanya 10 persen dari orang yang terinfeksi akan mengidap penyakit TBC.

Selain itu, potensi penularan bergantung pada tingkat pajanan percikan dahak. Kondisi ruangan dengan ventilasi udara baik dapat mengurangi jumlah percikan. Kuman dalam droplet juga akan mati jika terpapar sinar matahari secara langsung.

Sayangnya, pengetahuan mendasar ini belum banyak diketahui masyarakat. Sebagian besar mengetahui penyebab TBC berasal dari gaya hidup, udara kotor, virus, kebiasaan merokok, makanan/minuman yang dikonsumsi, stres, bahkan merupakan penyakit keturunan. Hanya sebagian yang mengetahui bahwa TBC disebabkan infeksi bakteri atau kuman.

Seseorang di sekeliling pasien TBC dalam waktu yang lama memang berpotensi terpapar bakteri. Namun, bukan berarti jika melakukan kontak dengan penderita, akan langsung tertular. TBC tidak menular melalui jabatan tangan, berbagi makanan atau minuman, menyentuh barang yang sama, atau berbagi penggunaan suatu barang bersama.

Penularan tidak akan terjadi jika masyarakat, khususnya penderita TBC, menjalankan etika batuk yang benar. Orang yang batuk disarankan menggunakan masker untuk mencegah penyebaran droplet. Bagi orang yang sehat, daya tahan tubuh kuat akan mencegah tubuh terserang penyakit TBC.