Connect with us

SULUT

Tetap tangguh pada usia senja, Niluh Gunasih temukan makna hidup di kebun kakao

Published

on

Niluh Gunasih, (Foto: Neno Karlina).


PANTAU24.COM – Di tengah hamparan kebun bibit kakao milik Sisilia Ni Wayan Nirasti di Desa Werdhi Agung Selatan, sosok perempuan lanjut usia tampak tekun mengurus polybag. Dialah Niluh Gunasih, perempuan berusia 67 tahun yang menolak diam meski usia tak lagi muda.

Niluh memilih tetap aktif bekerja bersama Sisil–sapaan akrab Sisilia–meski anak-anaknya telah menikah dan ia memiliki suami yang bisa menopang hidupnya.

Baginya, bekerja bukan sekadar mencari penghasilan, tapi juga cara menjaga kebugaran dan rasa percaya diri.

“Anggap saja olahraga,” katanya sambil tersenyum.

Ia merasa beruntung bisa bergabung di kebun bibit ini. Selain fisiknya yang tetap terjaga karena terus beraktivitas, ia juga merasa hidupnya lebih bermakna karena masih bisa menghasilkan uang sendiri.

“Saya senang karena masih bisa kerja. Rasanya masih berguna,” tutur Niluh.

Setiap hari, Niluh menerima upah Rp100 ribu. Namun, ia mengaku sering mendapat tambahan dari Sisil. “Selalu dilebihkan, banyak bonusnya,” ucapnya dengan mata berbinar.

Bagi Niluh, kerja keras bukanlah hal baru. Sejak kecil, ia tumbuh dalam situasi yang penuh tantangan. Dibesarkan oleh ibu sambung, hidupnya penuh perjuangan dan kerap serba kekurangan.

Namun kini, di usia senja, ia merasa bisa mandiri secara ekonomi dan tak perlu lagi bergantung sepenuhnya pada orang lain.

Jarak rumahnya yang tidak terlalu jauh dari lokasi kebun bibit juga menjadi keuntungan tersendiri. Ia bisa berjalan kaki menuju tempat kerja tanpa merasa terbebani.

Sisil yang kini mempekerjakan beberapa perempuan dari sekitar kebun mengungkapkan bahwa sebagian besar pekerja seperti Niluh lebih memilih digaji secara harian.

“Rata-rata mereka minta digaji harian, tidak mau digaji bulanan,” kata Sisil.

Kehadiran Niluh dan perempuan-perempuan lainnya bukan hanya menunjukkan semangat untuk mandiri, tetapi juga menjadi bukti bahwa ruang kerja yang ramah dan inklusif mampu menciptakan perubahan nyata.

Di bawah naungan pohon-pohon kakao yang tumbuh dari bibit kecil, tumbuh pula harapan dan martabat perempuan yang selama ini kerap tak terlihat.

Bagi Niluh, selama tubuh masih bisa digerakkan, ia akan terus bekerja. Sebab, bagi perempuan tangguh sepertinya, usia bukan batas untuk tetap berdaya.


Artikel ini merupakan republikasi dari: zonautara.com

Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply