Connect with us

Editor's Pick

Selamatkan hutan primer, program senilai $42 juta diluncurkan di Asia Tenggara-Pasifik

Published

on

zonautara.com


PANTAU24.COM – Sebuah program terpadu berskala besar diluncurkan untuk melindungi salah satu benteng hutan primer terakhir di dunia yang membentang di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik. Dengan dukungan dana awal USD 42,4 juta dari Global Environmental Facility (GEF), inisiatif ini bertujuan mengatasi ancaman deforestasi, melindungi keanekaragaman hayati, dan menjaga mata pencaharian jutaan orang yang bergantung pada hutan.

Program Terpadu Hutan Asia Tenggara dan Pasifik (The Southeast Asia and the Pacific Forests Integrated Program) secara resmi diumumkan dalam sebuah lokakarya di Chiang Mai, Thailand, pada Jumat, 27 Juni 2025. Acara ini diselenggarakan oleh Departemen Taman Nasional, Satwa Liar, dan Konservasi Tumbuhan Thailand.

Program ini akan dipimpin oleh International Union for the Conservation of Nature (IUCN) dan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO).

Kawasan hutan Indo-Malaya, yang menjadi fokus program ini, merupakan rumah bagi lebih dari 5.000 spesies terancam punah. Namun, kondisinya kian kritis. Sebanyak 60% vegetasi asli telah hilang akibat tekanan pertanian yang tidak berkelanjutan, penebangan liar, dan alih fungsi lahan. Padahal, lebih dari 560 juta orang di kawasan ini menggantungkan hidupnya pada sumber daya hutan.

CEO dan Ketua GEF, Carlos Manuel Rodríguez, menyatakan bahwa pelestarian hutan tropis primer adalah jawaban paling efektif terhadap krisis lingkungan global.

“Melestarikan hutan tropis primer merupakan respons terbaik terhadap krisis lingkungan yang mendesak yang merupakan ancaman bagi kesejahteraan manusia secara global dan hal tersebut dapat mendukung pembangunan hijau,” ujar Rodríguez. “Program ini mewujudkan komitmen dan kemauan politik yang kuat untuk mengatasi penyebab hilangnya hutan dengan cara yang proaktif dan inovatif,” tambahnya.

Target Aambisius untuk konservasi

Inisiatif enam tahun ini tidak hanya mengandalkan hibah GEF senilai USD 42,4 juta, tetapi juga didukung oleh pembiayaan bersama sebesar USD 185 juta. Dana tersebut akan disalurkan ke tiga proyek negara utama di Laos, Papua Nugini, dan Thailand, serta satu proyek koordinasi regional.

Target yang dicanangkan antara lain:

  • Meningkatkan pengelolaan 3,2 juta hektar kawasan lindung.
  • Memperbaiki tata kelola lebih dari 7 juta hektar lanskap.
  • Memulihkan 8.500 hektar ekosistem yang terdegradasi.
  • Mengurangi 34 juta ton emisi gas rumah kaca.
  • Memberikan manfaat langsung bagi hampir 20.000 orang.

Direktur Jenderal IUCN, Dr. Grethel Aguilar, menekankan pentingnya kolaborasi lintas batas untuk menyelamatkan ekosistem yang kaya ini.

“Dengan meningkatnya tekanan pada hutan-hutan ini, program baru ini menawarkan peluang yang tepat waktu dan transformatif untuk membalikkan keadaan,” kata Dr. Aguilar. “Dengan menyatukan pemerintah, organisasi regional dan internasional, masyarakat sipil, dan sektor swasta, kami membangun kerangka kerja yang kohesif untuk kolaborasi lintas batas yang akan memperkuat dampak konservasi di seluruh wilayah Indo-Malaysia.”

Kolaborasi regional dan dukungan global

Lokakarya pendahuluan di Chiang Mai dihadiri oleh perwakilan dari delapan negara, yaitu Bhutan, Kamboja, Indonesia, Laos, Papua Nugini, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Mereka menyepakati sejumlah prioritas, termasuk pengembangan visi regional untuk hutan primer, forum investasi, serta pusat pengetahuan dan pembelajaran bersama.

Asisten Direktur Jenderal FAO dan Perwakilan Regional untuk Asia dan Pasifik, Alue Dohong, menyoroti peran vital hutan bagi masyarakat pedesaan.

“Hutan primer menyediakan layanan penting bagi seluruh wilayah, khususnya masyarakat pedesaan yang bergantung pada sumber daya hutan untuk mata pencaharian dan ketahanan pangan mereka,” jelasnya. “Kolaborasi lintas negara dan organisasi ini akan menekan risiko hilangnya keanekaragaman hayati dan perubahan iklim untuk produksi yang lebih baik, nutrisi yang lebih baik, lingkungan yang lebih baik, dan kehidupan yang lebih baik.”

Program ini merupakan salah satu dari lima investasi terpadu GEF untuk hutan primer di bawah program pemulihan GEF-8, yang juga mencakup bioma kritis lainnya seperti Amazon, Hutan Guinea, Mesoamerika, dan Cekungan Kongo.

Artikel ini merupakan republikasi dari: zonautara.com

Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply