SULUT
Jejak sampah dan vandalisme di Gunung Ambang

PANTAU24.COM—Gunung Ambang menjadi salah satu destinasi favorit untuk pendakian di Sulawesi Utara (Sulut).
Jalur pendakian Gunung Ambang dimulai dari Desa Bongkudai Baru, Bolaang Mongondow Timur (Boltim). Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua puluh menit dari desa, pendaki akan tiba di pintu gerbang dan pos penjagaan yang baru dibangun setahun lalu.
View ciamik terlihat di area terbuka menuju pintu gerbang ini. Lahan-lahan perkebunan dan Danau Mooat terlihat dari sini.
Dari pintu gerbang menuju basecamp ditempuh dengan waktu kurang lebih satu setengah jam.
Selang beberapa saat usai melewati pintu gerbang, jalur pendakian akan memasuki area tertutup. Di area ini, pemandangan didominasi oleh pohon-pohon besar, vegetasi rapat dan medan yang hampir tak pernah kering.
Jika peka dan beruntung, di area tertutup inilah pendaki bisa menemui tarsius.
Usai menanjak terjal dengan beberapa “bonus” trek landai, pendaki akan memasuki area kano-kano, yakni area yang merupakan padang ilalang. Saat memasuki area ini berarti basecamp tak jauh lagi.

Ada dua pilihan untuk mendirikan tenda, di basecamp atau area mata angin. Basecamp terletak di area tertutup dan dekat dengan sumber air.
Sementara, mata angin berada di area terbuka dan jauh dari sumber air. Mata angin bisa dicapai dengan waktu sepuluh menit dari basecamp.
Biasanya pendaki akan istirahat di basecamp atau mata angin sebelum melakukan summit attack pada hari berikutnya. Bagi yang tak ingin melanjutkan perjalanan ke puncak, cukup dengan menuju area leher unta, sebuah area yang berada di bibir kawah.
Dari mata angin, ada dua jalur yang bisa ditempuh, ke kiri menuju leher unta dan ke kanan menuju puncak. Dari sini, leher unta bisa dicapai dalam waktu kurang lebih dua puluh menit sedangkan puncak kurang lebih dua jam.
Lebih dari setengah perjalanan ke puncak adalah area belerang yang terbuka. Bau belerang dan matahari akan terasa sangat menyengat di sini.
Namun view yang ditawarkan cukup indah. Pendaki kembali dapat melihat lahan perkebunan, pedesaan dan Danau Mooat dari area terbuka, bedanya area ini lebih tinggi daripada sebelumnya. Di area kanan jalur pendakian juga sering terlihat yaki (Macaca nigra).
Satu hal perlu digarisbawahi dalam perjalanan menuju puncak, “bonus” trek landai hampir tak ada.
Puas meliuk-liuk di tanjakan berbau belerang, pendaki akan memasuki area hutan dengan vegetasi yang cukup rapat.
Dengan perjalanan menanjak kurang lebih empat puluh menit di medan becek, pendaki akan tiba di titik tertinggi Gunung Ambang dengan elevasi 1765 mdpl.
Sampah dan vandalisme
Namun sayang, perjalanan dengan view indah di Gunung Ambang diwarnai dengan beberapa pemandangan kurang elok, yakni serakan sampah dan praktik vandalisme.
Vandalisme merupakan tindakan perusakan berupa mencoret-coret atau mengecat yang bertujuan untuk merusak nilai estetika fasilitas umum secara sengaja.
Pos penjagaan Gunung Ambang yang baru selesai dibangun pada 2024 lalu menjadi sasaran vandalisme orang tak bertanggung jawab.
Dinding pos penjagaan dipenuhi coretan-coretan, umumnya adalah coretan nama. Bahkan di plafon juga terdapat coretan.
Selain itu, sampah yang berserakan juga merupakan salah satu pemandangan yang tak bisa dielakkan sejak jalur pendakian dimulai hingga ke puncak.
Sampah-sampah mulai dari pembungkus makanan ringan, tisu, botol bekas minuman, jas hujan dan sepatu rusak nampak berserakan di sepanjang jalur pendakian.
Tak hanya di pos penjagaan, vandalisme berupa coretan-coretan juga dapat ditemui di tugu triangulasi Gunung Ambang. Di dekat tugu juga terlihat tumpukan sampah plastik.

BKSDA Sulut akan tindak tegas
Gunung Ambang berstatus Taman Wisata Alam (TWA) yang ditetapkan pada tahun 2017 melalui SK Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI nomor SK.29/Menlhk/Setjen/PLA.2/1/2017 tanggal 24 Januari 2017.
SK tersebut menetapkan perubahan fungsi kawasan Cagar Alam (CA) Gunung Ambang menjadi kawasan TWA Gunung Ambang dengan luas kurang lebih 2.606,24 Ha.
Adapun pengelolaan TWA Gunung Ambang berada di bawah naungan Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut.
Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut Askhari Dg Masikki sangat menyayangkan banyaknya serakan sampah dan coretan di kawasan Gunung Ambang.
Menurutnya, pengunjung bisa menikmati segala keindahan alam tanpa harus membuang sampah sembarangan dan mencoret-coret sarana yang ada di Gunung Ambang.
“Kami harapkan pengunjung punya niat dan etika yang baik dalam menikmati keindahan alam. Mari kita jaga alam dengan baik. Kami mengimbau agar pengunjung tidak mencoret-coret sarana yang ada dan tidak membuang sampah sembarangan,” ujarnya saat dihubungi PANTAU24.com, Senin (02/06/2025).
Masikki menambahkan, pihaknya akan menelusuri dan mencari pengunjung yang melakukan tindakan tidak terpuji itu.
“Bila terbukti akan diberikan sanksi tegas serta proses hukum sesuai ketentuan,” tegasnya.
Sanksi tegas tersebut adalah berupa blacklist dalam dunia pendakian. Di mana, pelaku akan dilarang mendaki di seluruh gunung Indonesia.
“Kami bekerjasama dengan seluruh operator pengelola pendakian. (Akan disampaikan) bahwa mereka (pelaku) masuk dalam blacklist,” tutupnya.

You must be logged in to post a comment Login