Connect with us

Bitung

Teror Panah Wayer di Bitung: Aktivis Jadi Korban, Warga Desak Polisi Tindak Tegas Pelaku

Published

on

Tim Tarsius saat mendatangi TKP. Foto lain korban saat mendapatkan penanganan medis.

Bitung, Pantau24.com — Sejak awal tahun 2025, Kota Bitung, Sulawesi Utara, gencar melakukan patroli keamanan untuk menekan tindak kriminal jalanan. Namun, realitas di lapangan menunjukkan, upaya tersebut belum sepenuhnya efektif. Aksi kekerasan bersenjata kembali terjadi, kali ini menimpa seorang aktivis.

Pada Jumat (25/4/2025) dini hari, Reynaldi Ilyas (25), seorang aktivis sosial, menjadi korban terbaru serangan panah wayer. Insiden itu terjadi saat Reynaldi pulang dari aksi solidaritas mendukung Polres Bitung dalam menjaga kamtibmas. Ironis, ia justru menjadi korban dalam perjalanan pulang dari kegiatan tersebut.

“Saya lewat di bawah jembatan tol Jalan Baru. Gelap sekali. Tiba-tiba, sudah terasa sakit di rusuk kiri, ternyata anak panah sudah menancap,” kata Reynaldi, Sabtu (26/4/2025).

Dalam kondisi setengah panik, Reynaldi segera menghubungi Tim Tarsius, unit cepat tanggap Polres Bitung. Tak lama, tim yang dipimpin Aipda Handri Koagow tiba dan melakukan penyisiran. Mereka menemukan satu anak panah wayer di sekitar lokasi, namun pelaku sudah melarikan diri ke dalam gelapnya malam.

Fakta menarik dan bermanfaat

Rekam Jejak Panah Wayer di Bitung

Kejadian yang menimpa Reynaldi bukanlah insiden tunggal. Diketahui sepanjang Januari hingga April 2025, sudah terjadi beberapa kasus kriminalitas menggunakan panah wayer di Bitung. Korbannya bervariasi, mulai dari warga sipil biasa, pengendara motor, hingga pelajar.

Modus para pelaku nyaris seragam.

Beraksi di lokasi minim penerangan, dengan target acak, dan melarikan diri sebelum warga atau aparat sempat bereaksi. Senjata yang digunakan pun sederhana, berupa anak panah buatan sendiri dari kawat baja atau paku yang dimodifikasi, dipasang pada ketapel atau busur kecil.

Kepolisian memang kerap melakukan penangkapan. Beberapa pelaku bahkan diketahui adalah residivis, yang sebelumnya sudah pernah diproses hukum. Namun, pola serangan yang berulang mengindikasikan adanya jaringan pelaku atau setidaknya kegagalan dalam sistem pencegahan.

Polisi Akui Tantangan di Lapangan

Kasi Humas Polres Bitung, Iptu Abdul Natip Anggai, membenarkan bahwa pelaku dalam kasus Reynaldi masih buron.

“Setelah menerima laporan, Tim Tarsius langsung bergerak. Sayangnya, pelaku sudah kabur dari lokasi,” ujar Abdul.

Pihak kepolisian, kata Abdul, terus meningkatkan patroli, khususnya di titik-titik rawan. Namun, ia mengakui bahwa keterbatasan jumlah personel dan luasnya wilayah pengawasan menjadi tantangan tersendiri.

“Kami fokus pada pencegahan dan penindakan. Tapi jujur saja, mobilitas pelaku yang cepat dan medan yang gelap sering menyulitkan upaya kami,” kata dia.

Ketidakberdayaan Warga dan Tuntutan untuk Bertindak

Di kalangan warga, rasa takut mulai merayap. Beberapa warga mengaku lebih memilih tidak keluar rumah jika tidak mendesak, khususnya saat malam hingga dini hari.

“Biar sudah ada patroli, kami tetap was-was. Ini sudah bukan soal polisi patroli, tapi soal nyawa,” kata Ambo (47), seorang warga Kelurahan Pateten Satu.

Warga lainnya, Retno Jafar, menilai bahwa kasus-kasus semacam ini menunjukkan bahwa pengamanan berbasis komunitas perlu diperkuat.

“Polisi tak bisa bekerja sendiri. Butuh keterlibatan aktif masyarakat untuk memetakan titik rawan, memperbaiki penerangan jalan, hingga membangun sistem deteksi dini terhadap potensi kriminalitas,” ujar Retno.

Menanti Langkah Nyata

Warga pun berharap Insiden seperti yang dialami Reynaldi Ilyas menjadi pengingat bahwa keamanan kota bukan hanya soal keberadaan patroli, melainkan efektivitas sistem pencegahan yang terukur.

“Tanpa terobosan baru dalam strategi pengamanan, Bitung akan terus menjadi arena bagi kejahatan jalanan yang membahayakan warga biasa. Teror panah wayer, yang seharusnya sudah menjadi sejarah, kini kembali menghantui jalanan kota,” ujar warga lainnya sembari berharap, tindakan tegas dan nyata segera diambil sebelum lebih banyak korban berjatuhan.