Connect with us

Editor's Pick

Dunia masih butuh 134 tahun untuk kesetaraan gender

Published

on

gender

PANTAU24.COM – Setiap tahun, Global Gender Gap Index (Indeks Kesenjangan Gender Global) mengukur sejauh mana negara-negara di dunia menutup kesenjangan gender dalam empat dimensi kunci: Partisipasi dan Peluang EkonomiPendidikanKesehatan dan Kelangsungan Hidup, serta Pemberdayaan Politik.

Laporan tahun 2024, yang merupakan edisi ke-18, menganalisis 146 negara dan mengungkap tren yang memprihatinkan: meskipun ada kemajuan kecil, dunia masih membutuhkan 134 tahun untuk mencapai kesetaraan gender penuh.

Angka ini jauh melampaui target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030, menandakan bahwa kesetaraan gender mungkin baru terwujud dalam lima generasi mendatang.

Hasil Global: Kemajuan lambat, waktu semakin panjang

Skor kesenjangan gender global tahun 2024 adalah 68,5%, naik tipis 0,1 poin dari tahun sebelumnya. Namun, peningkatan ini terlalu kecil untuk mengubah proyeksi waktu mencapai kesetaraan.

Di antara empat dimensi yang diukur, Pemberdayaan Politik tetap menjadi area dengan kesenjangan terbesar (hanya 22,5% tertutup), diikuti oleh Partisipasi Ekonomi (60,5%). Sementara itu, kesenjangan di bidang Pendidikan (94,9%) dan Kesehatan (96%) hampir tertutup, meski stagnan.

Tren dari 2006 hingga 2024

  • Pemberdayaan Politik: Meningkat 8,3 poin menjadi 22,8% sejak 2006.
  • Partisipasi Ekonomi: Hanya naik 4,8 poin dalam 18 tahun.
  • Kesehatan: Malah turun 0,2 poin, didorong oleh ketidaksetaraan harapan hidup sehat dan rasio jenis kelamin saat lahir di beberapa negara.
Global Gender Gap Report 2024: Dunia masih butuh 134 tahun untuk kesetaraan gender

Eropa dan Amerika Utara memimpin, Timur Tengah tertinggal

  1. Eropa (75% Kesetaraan)
    • 7 dari 10 negara teratas berasal dari Eropa, dengan Islandia (93,5%) sebagai pemuncak selama 15 tahun berturut-turut.
    • Kesetaraan politik di Eropa mencapai 36%, tertinggi secara global, meski partisipasi ekonomi masih rendah (67,8%).
    • Tantangan: Disparitas internal tinggi. Misalnya, Islandia unggul 29 poin dari Turki, yang berada di peringkat terbawah Eropa.
  2. Amerika Utara (74,8%)
    • Memimpin dalam partisipasi ekonomi (76,3%), tetapi kesenjangan upah dan kepemimpinan perempuan masih besar.
    • Politik: Hanya 26% kesetaraan, dengan kurang dari 30% kursi parlemen diisi perempuan.
  3. Amerika Latin dan Karibia (74,2%)
    • Peningkatan tercepat sejak 2006 (+8,3 poin), didorong oleh partisipasi perempuan di pasar kerja (65,7%) dan politik (34%).
    • Nikaragua (peringkat 6 global) dan Meksiko menjadi contoh kemajuan.
  4. Sub-Sahara Afrika (68,4%)
    • Namibia masuk 10 besar global (80,5%), sementara separuh negara di kawasan ini menutup 70% kesenjangan.
    • Pendidikan menjadi masalah kritis (88,9% kesetaraan), terendah secara global.
  5. Asia Selatan (63,7%)
    • Peringkat terburuk di Partisipasi Ekonomi (38,8%), dengan partisipasi tenaga kerja perempuan sangat rendah.
    • India, Pakistan, dan Nepal masih menghadapi kesenjangan besar dalam pendidikan dan politik.
  6. Timur Tengah dan Afrika Utara (61,7%)
    • Terendah secara global, meski ada peningkatan di pendidikan (97,2%).
    • Partisipasi politik perempuan hanya 11,7%, dengan hambatan budaya dan struktural yang kuat.
Global Gender Gap Report 2024: Dunia masih butuh 134 tahun untuk kesetaraan gender

Ketimpangan di dunia kerja: Perempuan masih sulit jadi pemimpin

Data LinkedIn dalam laporan ini mengungkap fakta mencolok:

  • Kepemimpinan Perempuan: Hanya 31,7% posisi senior diisi perempuan. Dari level entry hingga eksekutif (C-suite), representasi perempuan turun 21,5 poin.
  • Resesi Memperburuk Kesetaraan: Di tengah ketidakpastian ekonomi, perekrutan perempuan untuk posisi kepemimpinan turun dari 37,5% (2022) menjadi 36,4% (2024).
  • Jaringan Profesional: Laki-laki cenderung memiliki jaringan lebih kuat, yang berdampak pada peluang promosi.

Sektor STEM dan AI:

  • Perempuan hanya 28,2% di bidang STEM (sains, teknologi, teknik, matematika), jauh di bawah non-STEM (47,3%).
  • Di posisi kepemimpinan STEM, perempuan hanya 11%, sementara di non-STEM mencapai 25%.
  • Kabar Baik: Talent perempuan di bidang AI meningkat dua kali lipat sejak 2016, terutama di sektor teknologi dan pendidikan.
Global Gender Gap Report 2024: Dunia masih butuh 134 tahun untuk kesetaraan gender

Peran sistem perawatan dan kebijakan inklusif

Beban perawatan keluarga yang tidak setara masih menghambat partisipasi perempuan di dunia kerja. Namun, ada kemajuan:

  • Cuti Parental: Rata-rata cuti maternitas global naik dari 63 hari (1970) menjadi 107 hari (2024), sementara cuti paternitas meningkat dari kurang dari 1 hari menjadi 9 hari.
  • Investasi dalam “Care Economy”: Negara dengan kebijakan cuti setara cenderung memiliki partisipasi tenaga kerja perempuan lebih tinggi.

Perlunya paradigma baru

Laporan ini menegaskan bahwa kemajuan kesetaraan gender terlalu lambat untuk mencapai target 2030. Beberapa rekomendasi kunci:

  1. Peningkatan Representasi Politik: Kuota gender dan pelatihan kepemimpinan untuk perempuan.
  2. Penutupan Kesenjangan Digital: Pelatihan keterampilan AI, big data, dan STEM bagi perempuan.
  3. Investasi dalam Perawatan Anak dan Lansia: Mengurangi beban perempuan dan mendorong partisipasi ekonomi.
  4. Kebijakan Inklusif di Perusahaan: Program DEI (Diversity, Equity, Inclusion) yang konkret, bukan sekadar simbolis.

Kesetaraan gender sebagai pondasi pertumbuhan

“Kesetaraan gender bukan hanya masalah keadilan, tapi juga strategi ekonomi,” tegas laporan ini.

Negara dan perusahaan dengan kesenjangan gender kecil terbukti lebih inovatif, produktif, dan tangguh menghadapi krisis.

Untuk mempercepat progres, kolaborasi antara pemerintah, bisnis, dan masyarakat sipil harus difokuskan pada pembukaan akses pendidikan, kesehatan, serta kepemimpinan bagi perempuan.

Tanpa perubahan drastis, impian dunia setara gender akan tetap menjadi utopia bagi generasi mendatang.


Sumber: Global Gender Gap Report 2024, World Economic Forum.

Artikel ini merupakan republikasi dari: zonautara.com

Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply