Connect with us

Bitung

Insiden Pengusiran Pasien di RS Manembo-nembo Berakhir Damai, Direktur Jadi Sorotan

Published

on

UPTD RS Manembo-nembo

BITUNG, PANTAU24.COM– Insiden viral yang melibatkan seorang pasien bernama Verawati dengan tenaga medis di IGD UPTD RS Manembo-nembo akhirnya berujung pada mediasi.

Pertemuan antara Verawati, seorang perawat bernama Tessa Lonika Runtu, serta seorang dokter yang sempat terlibat adu mulut digelar pada Jumat (24/1/2025) pagi, atau tiga hari setelah kejadian yang terjadi pada Selasa (21/1/2025) malam itu.

Mediasi tersebut menurut Verawati difasilitasi oleh Humas RS Manembo-nembo dan menghasilkan kesepakatan damai.

Kedua belah pihak sepakat saling meminta maaf atas insiden yang sempat mencoreng nama baik rumah sakit tersebut.

Fakta menarik dan bermanfaat

Namun demikian, Direktur RS Manembo-nembo, dr. Chally Tirayoh, tidak hadir dalam pertemuan tersebut.

Ketidakhadiran sang direktur memunculkan spekulasi di kalangan publik bahwa ia terkesan menghindar dari tanggung jawab untuk menyelesaikan persoalan ini.

Ketika dikonfirmasi terkait kebenaran mediasi tersebut, dr. Chally Tirayoh enggan memberikan tanggapan.

Sikap bungkam ini semakin memicu kekecewaan publik, terutama warganet yang sebelumnya telah ramai mengomentari kejadian tersebut di media sosial.

Sorotan terhadap dr. Chally semakin tajam, terutama setelah Verawati, dalam pernyataannya beberapa waktu lalu, secara tegas meminta agar Chally dicopot dari jabatannya sebagai direktur rumah sakit.

Verawati mengungkapkan bahwa perawat Tessa, dokter, dan pihak manajemen rumah sakit telah meminta maaf kepadanya.

Ia menyatakan telah memaafkan mereka dan berharap insiden serupa tidak terulang kepada pasien lain.

“Saya sudah memaafkan mereka, tetapi saya berharap kejadian seperti ini tidak lagi dialami oleh pasien lain. Saya juga berharap pihak rumah sakit dapat memperbaiki pelayanannya, terutama soal rasa empati, sikap sopan, dan ramah dari para perawat,” ujar Verawati, Jumat (24/01/2025), malam.

Ia juga menyoroti pentingnya sosialisasi mengenai pelayanan di rumah sakit, terutama bagi pasien yang menggunakan BPJS.

“Banyak pasien BPJS yang mungkin tidak paham alur atau prosedur di rumah sakit. Ini harus sering disosialisasikan agar tidak ada lagi miskomunikasi yang dapat merugikan pasien,” tambahnya.


Desakan untuk mengganti dr. Chally Tirayoh sebagai direktur rumah sakit pun semakin keras digaungkan, baik oleh Verawati maupun warganet.

Mereka menilai ketidakhadiran dan sikap bungkam sang direktur mencerminkan kurangnya kepemimpinan dalam menghadapi persoalan yang mencoreng nama baik institusi yang ia pimpin.

Beragam komentar dari warganet bermunculan, mulai dari cerita pengalaman buruk hingga pengalaman baik selama mendapatkan pelayanan di rumah sakit tersebut.

Ada pula warganet yang memilih bersikap netral dengan mengusulkan agar pihak rumah sakit segera membenahi pelayanan, fasilitas, dan alat kesehatan (alkes) demi memberikan penanganan yang lebih layak kepada pasien.

Kejadian ini diharapkan menjadi pelajaran penting bagi pihak rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, baik dalam aspek profesionalisme tenaga medis maupun kelengkapan fasilitas.

Sorotan publik terhadap kinerja direksi rumah sakit, khususnya dr. Chally Tirayoh, menjadi sinyal kuat bagi pemangku kepentingan agar segera mengambil langkah konkret guna memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap RS Manembo-nembo.