Pakar Hubungan Internasional FISIP Universitas Airlangga, Probo Darono Yakti menilai latihan militer Indonesia yang dilakukan bersama sejumlah negara merupakan upaya untuk menunjukkan bahwa Indonesia sebagai negara non-blok yang berteman dengan siapa saja. Probo terutama menyoroti latihan bersama angkatan laut Rusia awal November ini.
“Ini juga test case ya, termasuk salah satu strategi yang dikedepankan oleh Menlu Sugiono, yang barangkali kemarin juga menjadi tindak lanjut ketika Sugiono berangkat ke Rusia untuk menghadiri KTT dari BRICS,” katanya.
“Nah, pendekatan dengan Rusia, dan juga BRICS dalam konteks yang lebih luas, itu saya anggap sebagai salah satu upaya untuk Indonesia memosisikan diri, bahwa Indonesia ini merupakan negara non-blok. Meski pun ini kita masih tunggu-tunggu, kira-kira bagaimana respons dari Amerika Serikat,” imbuhnya.
Tidak hanya menunjukkan sikap politik luar negerinya yang bebas aktif, Indonesia, menurut Probo, sedang menguji relasi dengan negara-negara yang memiliki kekuatan militer besar, khususnya di tengah konflik Laut China Selatan. Selain itu, latihan militer dengan sejumlah negara besar dilakukan, untuk menjajaki dan memberi alternatif pemenuhan kebutuhan alutsista Indonesia.
“Ujungnya pasti sedikit banyak berkaitan dengan kondisi kita di Laut Natuna Utara, atau Laut China Selatan, yang mana di situ sudah ada pihak-pihak yang berseteru, mulai dari Amerika Serikat, kemudian China,” katanya.
“Nah, sekarang ini Indonesia barangkali juga mau menguji kira-kira dengan kehadirannya Rusia di dalam konteks percaturan politik di kawasan Laut Natuna Utara, apakah kehadiran Rusia itu juga bisa mewarnai Indonesia dalam sebuah konflik yang terjadi di Laut Natuna Utara,” lanjut Probo.
Yohanes Sulaiman, pengajar hubungan internasional Universitas Jenderal Achmad Yani, menilai latihan bersama Indonesia dengan Rusia bukan merupakan bentuk menjauhnya Indonesia dari Amerika dan sekutu-sekutunya, namun lebih pada penegasan politik bebas aktif Indonesia dengan negara mana pun.
“Saya sih sangat tidak yakin, dan sangat tidak setuju kalau dibilang bahwa ini bukti pak Prabowo menjauh dari Amerika, dan mendekat ke China dan Rusia itu menurut saya sih terlalu jauh,” katanya.
Yohanes menambahkan, latihan bersama dengan Rusia justru memberikan keuntungan bagi Rusia yang saat ini diisolir oleh sejumlah negara termasuk Amerika Serikat.
“Menurut saya sih jangan terlalu dianggapnya terlalu besar-besaran juga, apalagi kalau kita bandingkan dengan Super Garuda Shield dengan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, kan ini sebenarnya kecil, recehan. Kalau saya sih, memang PR atau public relation itu buat Rusia, bahwa mereka berupaya tidak terisolir. Sedangkan buat kita kan prinsipnya ya kita kan teman semua orang,” paparnya.
Pada akhir Agustus hingga awal September 2024, Indonesia menggelar latihan militer bersama Super Garuda Shield yang diikuti Amerika Serikat dan sejumlah negara sekutunya. Sedangkan pada awal November 2024 ini, Indonesia menggelar latihan militer bersama dengan Angkatan Laut Rusia di Surabaya, dan Angkatan Laut Australia di Darwin, Australia. [pr/ab]
You must be logged in to post a comment Login