PERISTIWA
Peringati Hari Batik, Istri-istri Perwira Militer Amerika Belajar Membatik di Washington, D.C.
Belum lama ini, acara bertajuk “Learn the Art of Batik” dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional diadakan di National Defense University di Washington, D.C., yang berada di bawah naungan Departemen Pertahanan Amerika Serikat.
Diselenggarakan oleh organisasi ‘Spouses of International Cultural Exchange’ atau ‘SpICE,’ yang beranggotakan para istri perwira tinggi militer dari sekitar 40 negara yang tengah melanjutkan studi di universitas itu, acara ini bertujuan untuk membangun komunitas, serta menjadi wadah pertemuan bagi para anggotanya.
“(Membatik) adalah cara yang bagus untuk mencairkan suasana dalam organisasi, di mana (para anggotanya) bisa berkreasi dengan tangan dan melakukannya bersama,” ujar Maura Turner, Program Support Specialist dari International Student Management Office di National Defense University, kepada VOA.
“Batik tidak hanya merupakan sejarah budaya, tetapi juga kegiatan untuk membangun komunitas,” tambah Maura.
Lokakarya “Learn the Art of Batik” menghadirkan diaspora Indonesia, Ratna Cary, pengajar batik yang juga menjabat sebagai koordinator program untuk SpICE.
Ratna yang sudah lima tahun menetap di Amerika mengatakan, mengingat ia selalu berpindah negara karena mengikuti suaminya yang bertugas, ia selalu berusaha memperkenalkan dan mengajarkan batik ke warga internasional di negara tempat penugasannya.
“Batik itu kan indah sekali, sangat unik, sangat spesial, saya memang suka sekali batik, saya tidak pernah belajar secara resmi, tapi saya lihat-lihat saja,” jelas Ratna Cary kepada VOA.
“Saya pikir, saya bisa kok untuk memperkenalkan batik, ternyata banyak yang enggak tau batik itu apa, dan begitu mereka tau, apresiasinya tinggi sekali dan itu yang membuat saya lebih semangat,” katanya lagi.
Tidak hanya presentasi mengenai sejarah dan filosofi batik, Ratna juga mengajak para peserta untuk membatik bersama.
“Mereka amat sangat excited dan mereka bilang hasilnya tuh sampai mereka frame untuk dipasang di rumahnya. Jadi itu unik sekali untuk saya, sementara untuk kita kan batik sudah biasa, dan juga yang kita lakukan hari ini sangat sederhana, tapi untuk mereka sesuatu yang sangat spesial,” katanya.
Jihan Shawky peserta yang berasal dari Mesir sangat senang bisa mengikuti lokakarya ini dan mempelajari seni, serta kerajinan yang menggunakan tangan. Ini adalah pertama kalinya ia mengenal teknik membatik.
“Mengenal kebudayaan yang baru dan mempelajari tentang batik adalah hal yang sangat menarik. Mempelajari seni ini sangat menyenangkan, memerlukan banyak ketelitian, usaha, dan semangat. Saya menyukainya,” tambah Jihan Shawky.
Dana Paraschivu yang berasal dari Romania mengatakan walau sulit pengerjaannya, menurutnya desain batik sangat unik dan ia senang mempelajari makna simbol di baliknya.
“Anda harus memiliki keterampilan untuk membatik. Ia mencoba memperbaiki kesalahannya dan membuat pola, tapi sulit. Membatik memerlukan banyak waktu untuk menguasainya,” tambahnya.
Sebagai pengajar, Ratna Cary mengatakan bahwa kuncinya adalah kesabaran dan memberikan kesempatan kepada para peserta untuk bisa mengerti akan keindahaan dari batik itu sendiri.
“Tapi untuk prosesnya itu amat sangat paanjng dan time consuming jadi mereka akan lebih apresiatif ke batik kita ini,” ujarnya.
Bagi Ratna, makna hari batik itu sendiri adalah kesempatan baginya untuk memperlihatkan kesenian Indonesi ke mata dunia.
“Terutama Jawa memiliki seni yang amat tinggi yang harus kita conserve (pelihara), yang harus kita pertahankan, dan sebanyak-banyaknya disebarkan dan diberitahukan kepada masyarakat luas, bahwa Indonesia ini betul-betul suatu negara dengan kebudayaan yang sangat tinggi,” pungkasnya. [di/lt]
You must be logged in to post a comment Login