PERISTIWA
Buku Refleksi Pandemi dan Bahaya Zoonosis Karya Jurnalis Resmi Diluncurkan
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia resmi meluncurkan buku Refleksi Pandemi dan Bahaya Zoonosis kompilasi karya jurnalistik bertempat di Bakoel Koffie, Kecamatan Menteng, Kota Jakarta Pusat, Rabu 22 November 2023.
BOLMUT,PANTAU24.com– Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia resmi meluncurkan buku Refleksi Pandemi dan Bahaya Zoonosis kompilasi karya jurnalistik bertempat di Bakoel Koffie, Kecamatan Menteng, Kota Jakarta Pusat, Rabu 22 November 2023.
Buku tersebut merupakan kumpulan liputan mendalam dari 10 jurnalis, yang berasal dari Sulawesi Utara dan Jabotabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi).
Ke 10 jurnalis itu dibimbing langsung oleh dua mentor, yakni Sinta Maharani Jurnalis Tempo.co, dan Chris Paino Jurnalis Mongabay.co.id.
Pada peluncuran buku tersebut, dihadiri para penanggap dari Kementerian Pertanian dan Kesehatan dan dari akademisi.
dr Yulita Evarini Yuzwar, M.Epid, Ketua Tim Kerja Zoonosis Direktorat P2PM Kemenkes RI mengatakan pentingnya kolaborasi dengan jurnalis untuk sama-sama meningkatkan kepedulian kepada masyarakat.
“Apalagai masyarakat tidak tau tentang zoonosis, kiranya liputan-liputan ini bisa menciptakan pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang zoonosis,” ujarnya.
Dari sektor pemerintah berkaitan dengan one health pihaknya sudah melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis kepada teman-teman di daerah.
“Mudah-mudahan tulisan yang sudah dibuat oleh adik-adik ini bisa memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang zoonosis, apalagi pemberitaan ini dilakukan secara fakta dan berimbang,” ujar Yulita sembari menganggap jurnalis merupakan mitra dari pemerintah, yang bisa menyampaikan komunikasi resiko kepada masyarakat.
drh Siti Yulianti, Senior Champion ISIKHNAS, Subdirektorat Peternakan dan Kesehatan Hewan Direktorat Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian menambahkan isu-isu zoonosis masih sangat minim, mungkin bagi para jurnalis masih sangat asing dengan kata-kata zoonosis.
“Instansi kami juga melakukan pengendalian terhadap penyakit zoonosis bersama dengan kementerian kesehatan, KLHK dan sektor lainnya,”ungkapnya.
Berkaitan dengan checkpoint (pos pemeriksaan), sangat penting kolaborasi di tingkatan nasional.
“One health harus dilakukan dengan pendekatan antar sektor, apalagi ini berkaitan dengan hewan dan manusia. Jadi kita tidak bisa bekerja sendiri,”jelasnya.
Jurnalis sudah menyampaikan kendala tentang peliputan isu zoonosis ini, sama halnya dengan apa yang dirasakan oleh instansi pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan.
Menurut Siti, saat ini juga terjadi keterbatasan di lokasi pos perbatasan, sementara jalur-jalur transporasi itu sangat banyak.
Akan tetapi, pihaknya bangga dengan adanya pemberitaan-pemberitaan ini yang tentunya mendorong kesadaran masyarakat.
“Di sisi lain juga kirannya bisa mendorong pemerintah untuk melihat setiap kekurangan yang ada. Kita mengakui masih banyak kekurangan di dalam jumlah petugas, apalagi juga berkaitan dengan regulasi. Petugas melakukan pengawasan dan pemeriksaan kesehatan, berupa hewan domestik beserta dokumen-dokumennya, tetapi ketika ada sesuatu di luar tidak ada penamaan penindakan. Mungkin di situ kelemahannya,” ucapnya.
Dirinya juga mengharapkan bagaimana kemudian pemberitaan-pemberitaan ini mengedukasi lebih banyak kepada masyarakat, karena itu paling sulit sebenarnya. Sebagus apapun regulasinya, tapi perubahan masyarakat itu tidak ada, maka dari itu harus ada yang saling melengkapi.
Sementara, dr. Diki Budiman,M.Sc.PH, merupakan salah satu peneliti Indonesia dari Universitas Griffith Australia, menyampaikan isu zoonosis merupakan hal yang menarik.
“Saat ini kita memiliki masalah tentang literasi. Permasalahan ini bukan hanya di Indonesia saja, melainkan di negara maju sekalipun. Menulis one health bukan hanya satu aspek saja. Bukan hanya manusianya, melainkan ada lingkungan dan aspek hewannya. Itu memang tidak mudah.” terangnya.
Menulis one health ini mau tidak mau sering kali berdampak dengan politik dan sosial, Jadi bukan ketika ada pemilihan presiden (Pilpres) saja.
Pemilu saat ini faktanya sangat ilmiah, bisa mendukung bahkan menghambat.
Dr. Drh. Ligaya ITA Tumbelaka, M.Sc, Sp.MP, Sekolah Kedokteran Hewan Dan Biomedis IPB mengungkapkan pembicaraan soal satwa merupakan hal yang menarik.
“Bagaimana dengan kondisi saat ini kita bisa mengangkat hal-hal yang positif, yang artinya manusia bisa baik tanpa ada penyakitnya. Itu yang kita sangat inginkan,”katanya.
Pemberitaan itu baik, tetapi beretika. Untuk itu, mari sama-sama membangun dan yang jelas setiap orang tidak mau terjangkit penyakit.
“Diangkat tentang zoonosis agar masyarakat Indonesia sadar, sejahtera dan bahagia. Teruslah menulis dan lebih banyak mempelajari pengetahuan tentang apa yang ditulis, mungkin kedepannya bisa lebih lancar dan baik,”ujarnya.
Samedi Ph.D., Program Director TFCA Yayasan Kehati berpendapat undang-undang berkaitan dengan konservasi sudah tidak efektif. Dari sisi regulasi sudah sulit, karena dari tahun 1990.
Apalagi saat ini banyak hal yang berubah, baik itu dari internasional bahkan nasional, dan juga untuk melaksanakan peraturan yang tidak efektif semakin sulit di lapangan.
Febriana Galuh Permanasari dari AJI Indonesia pada sambutannya mengatakan, AJI telah melakukan pelatihan jurnalis muda dengan harapan para jurnlis lebih profesional dan memahamai bagaimana mengimplementasikan bahasa-bahasa peniliti yang sangat teknis, yang sulit dipahami, sehingga bisa dipahami oleh masyarakat pada umumnya.
“Untuk itu, selamat buat ke 10 jurnalis muda yang sudah mengikuti berbagai rangkaian kegiatan, semoga materi yang didapatkan tidak di situ-situ saja. Ilmu yang didapatkan bisa disebarkan ke teman-teman AJI lainnya, dan kawan-kawan jurnalis di medianya, kemudian bisa menyoroti pemerintah, bagaimana kementerian kesehatan dan KLHK dalam menerapkan one health untuk mengatasi permasalahan yang ada. Kita mendorong bersama-sama, agar masyarakat lebih menerimanya,” jelasnya.
Ini nama-nama penulis buku berjudul refleksi pandemi dan bahaya zoonosis:
1.Adhe Firmansyah, Baklak.News.
2. Fandri Mamonto, Torangpeberita
3. Indri Panigoro, TribunManado.co.id
4. Juan Robin, Narasi Newsroom
5. Meikel Pontolondo, Barta1.com
6. Mutiara Ananda Hidayat, Isu Bogor
7. Muhammad Irfan Al Amin, Tirto.id
8. Rangga Firmansyah, ProjectMultatuli.org
9. Willa Wahyuni, Hukumonline.com
10. Yegar Sahaduta, Pantau24.com
You must be logged in to post a comment Login