Connect with us

PERISTIWA

Mengikis Virus di Tengah Ancaman Baru

Published

on

Munculnya kasus baru hepatitis akut di sedikitnya 35 negara, termasuk Indonesia, pada tahun 2022 lalu ikut menghenyakkan para pakar. Hal ini tidak saja karena kemunculannya yang tiba-tiba dan belum diketahui pasti penyebabnya, tetapi juga berpotensi merenggut nyawa dalam waktu singkat.

Di Indonesia ada sekitar 20 juta penderita hepatitis, yang mencakup 18 juta penderita hepatitis B dan sisanya penderita hepatitis C. Pemerintah telah melakukan upaya pencegahan dengan memberikan vaksinasi hepatitis gratis pada anak-anak dan ibu hamil, serta memasukkan sebagian biaya pengobatan dalam program asuransi BPJS. Tetapi kehadiran virus hepatitis misterius pada pertengahan tahun 2022 hingga awal 2023 ikut memusingkan, terlebih karena ketika itu pakar-pakar kesehatan masih bergulat pulih dari pandemi virus corona.

Ketua Komite Ahli Hepatitis dan Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan (PISP) Prof. Dr. dr. David Handojo Muljono, Sp.PD mengatakan hingga saat ini mereka masih mempertanyakan penyebab hepatitis akut itu.

Ketua Komite Ahli Hepatitis dan PISP, Prof. Dr.dr. David Handojo Muljono, Sp.PD saat menjadi narasumber Peringatan hari Hepatitis Dunia 28 Juli secara daring, Rabu (26/7). Foto : Screenshot

“Dipaparkan adanya virus hepatitis misterius yang tidak diketahui penyebabnya, unknown origin. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan membuat pedoman antisipasi virus misterius itu. Kalau kita tidak salah ingat ada sekitar 100 atau 105 kasus di tahun 2022. Sebagian kecil bahkan ada yang meninggal. Mayoritas pasien hepatitis terselamatkan. Ratusan pasien itu dites hepatitis A, B, C, D dan sebagainya, ternyata negatif. Kemudian dites penyebab lain, elektospiral, hasilnya negatif. Syukur ini angka tidak berubah. Virus ini memang misterius sampai sekarang tidak diketahui apa penyebabnya,” ujar Handojo.

Fakta menarik dan bermanfaat

Selama ini pemerintah mengantisipasi hepatitis lewat vaksinasi sejak dini, bahkan sejak masa kehamilan. Oleh karena itu kasus hepatitis akut misterius itu menjadi catatan penting para pakar.

Perebakan hepatitis akut misterius itu juga terjadi di 35 negara lain, hingga memaksa Badan Kesehatan Dunia WHO menerbitkan regulasi untuk mengantisipasi dampak lebih luas.

Pihak berwenang Amerika sempat menduga penyebab munculnya virus hepapatis akut itu adalah strawberry organic beku yang banyak dijual di pasar swalayan. Namun Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi, mengatakan pihaknya belum menerima notifikasi dari WHO dan pemerintah Amerika terkait kasus produk buah kemasan, yang memang tidak masuk ke Indonesia.

“Penyakit hepatitis yang memang dari penyebarannya akan lebih cepat melalui oral, melalui makanan, melalui mulut. Kita belum mendapatkan notifikasi kasus hepatitis di Amerika tersebut. WHO atau CDC belum ada respons, kemungkinan strawberry organik beku itu tidak masuk Indonesia”, jelas Imran.

Pengobatan Hepatitis Mahal

Lebih jauh David Handojo menjelaskan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan pasien hepatitis.

“Biaya transplantasi hati sekitar 20 milyar, itu pun di shelter tertentu, seperti di RS Jakarta, dan kini dikembangkan di RS Kariadi Semarang. Mudah-mudahan tidak terjadi kebutuhan hati yang melonjak karena kan ditanggung jaminan kesehatan. Nanti uang negara bisa banyak yang tersedot di biaya itu dan kesulitannya di pendonor juga. Mudah-mudahan tidak ada kasus yang membutuhkan cangkok hati,” ujar Handojo.

Pemerintah saat ini memasukan sejumlah komponen pengobatan hepatitis dalam layanan kesehatan sosial BPJS. Vaksinasi hepatitis bagi anak-anak dan ibu hamil juga masih diberikan secara gratis.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi mengatakan, Kemenkes memberi prioritas ke sejumlah provinsi di Indonesia, terutama dengan penduduk terbanyak, untuk mencapai target pemberantasan hepatitis pada tahun 2030.

“Karena di situ lah, ibu hamilnya juga banyak. Itu jadi yang perlu kita soroti. Jadi, kayak daerah Jawa, terus Sumatera Utara, Sulawesi Selatan itu perlu kita fokuskan,” ujar Imran seraya menambahkan bukan berarti pihaknya mengesampingkan provinsi lain.

Virus Hepatitis Menyerang Anak di bawah 18 Tahun

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI,Imran Pambudi. (Foto: Screenshot)

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI,Imran Pambudi. (Foto: Screenshot)

Virus hepatitis dominan menyerang di usia anak yaitu di bawah 18 tahun. Untuk itu Kementerian Kesehatan menyerukan masyarakat membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat sejak usia dini; dan tidak ragu divaksinasi hepatitis untuk mencegah perebakan. Imran Pambudi mengingatkan peran besar orang tua dan sekolah pada masa-masa awal ini.

“Dalam rangka menjaga generasi masa depan biar bisa sehat hatinya, perlu kita galakkan PHBS. Penting sekali mencegah virus Hepatitis, terutana bagaimana menjaga penjuak makanan jajanan yang di sekolah, pondok pesantren, asrama, harus bagus cara memasaknya, kebersihannya, supaya mereka tidak mencemari adanya bakteri membahayakan,” pungkas Imran.

Ada 20 Juta Penderita Hepatitis B dan C di Indonesia

Imran Pambudi mengatakan Indonesia sudah membangun kesepakatan global untuk menekan angka hepatitis B dan C pada tahun 2030. Imran mengungkap penderita hepatitis B dan C di Indonesia diperkirakan ada 20 juta orang. Ini mencakup 7,1 persen atau sekitar 18 juta penderita hepatitis B dan sekitar satu persen atau 2,5 juta orang penderita hepatitis C. [ys/em]

Sumber: VOA

Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply