PERISTIWA
Piala Dunia U-20 Batal, Potensi Ekonomi Rp3,3 Triliun Hilang
Lembaga ekonomi INDEF menghitung potensi kerugian itu melalui metode Computable General Equilibrium. Peneliti INDEF, Ahmad Heri Firdaus menjelaskan perhitungan dilakukan dengan menyertakan data transaksi antara sektor dan antarwilayah, seperti yang biasa digunakan Badan Pusat Statistik (BPS).
INDEF menghitung dana yang langsung beredar dalam penyelenggaraan Piala Dunia U-20 mencapai Rp1,13 triliun. Melalui metode yang dipilih, jumlah uang itu kemudian dihitung dampaknya ke berbagai sektor.
“Jadi, dampaknya tidak pada sektor olahraga saja, tapi juga berdampak terhadap sektor-sektor yang lainnya, mulai dari hulu sampai hilir. Semua sektor yang mendapatkan dampak itu, kemudian dikalkulasi, diagregasi, maka akan menghasilkan dampak sebesar Rp3,3 triliun,” kata Heri, dalam diskusi “Piala Dunia U-20: Tuan Rumah Batal Potensi Ekonomi Buyar” yang diselenggarakan INDEF, Kamis (5/4).
INDEF menghitung dana yang langsung beredar dalam penyelenggaraan Piala Dunia U-20 melalui sejumlah pos pengeluaran. Pemerintah setidaknya menganggarkan dua pos, yaitu belanja infrastruktur sebesar Rp325 miliar, dan biaya penyelenggaraan dan persiapan teknis Rp500 miliar.
Di luar angka itu, INDEF mengasumsikan munculnya pengeluaran dari 23 tim peserta untuk berbagai keperluan mereka di Indonesia mencapai Rp 27,6 miliar. Sementara belanja penonton selama pertandingan berlangsung dalam 52 kali bertanding diasumsikan sebesar Rp212,6 miliar. Ada pula perhitungan pendapatan melalui biaya berlangganan streaming yang diperkirakan mencapai Rp250 miliar.
“Di sini saya asumsikan, dari beberapa item pengeluaran ini, secara langsung akan menimbulkan perputaran uang sebesar Rp1,13 triliun,” kata Heri.
Biaya penyelenggaraan sebesar itu akan berkembang dan membawa dampak pada sektor lain sehingga muncul angka Rp3,3 triliun tadi. Sebagai contoh, belanja infrastruktur akan membuka lapangan pekerja. Dari upah yang diperoleh, pekerja infrastruktur stadion akan membelanjakan untuk kebutuhan di sektor lain. Begitu pula dengan belanja penonton yang akan dinikmati sektor perhotelan hingga suvenir.
Dari potensi ekonomi Rp3,3 triliun, sebesar Rp1,9 trilun akan dinikmati enam provinsi lokasi Piala Dunia U-20, yaitu Sumatra Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Sementara provinsi-provinsi di sekitar lokasi penyelenggaraan akan menikmati Rp1,4 triliun sisanya.
“Pergelaran Piala Dunia ini memberikan dampak sangat luas. Bukan hanya sektor olahraga, tapi juga hak siar, sponsor, kemudian hotel, restoran, kafe, nonton bareng, langganan di streaming. Itu kan semua bernilai ekonomis, sehingga kalkulasi akan berdampak besar terhadap perekonomian,” ujar Heri.
Dampak Ekonomi Signifikan
Kepala Pusat Ekonomi Makro dan Keuangan INDEF, M Rizal Taufikurahman mendorong semua pihak untuk menjaga penyelenggaraan perhelatan internasional karena dampaknya terhadap ekonomi sudah terbukti.
“Piala Dunia U-20 ini memberikan nilai ekonomi yang sangat signifikan, yang barang tentu kegiatan ini adalah event internasional yang akan memberikan multiplier effect terhadap perekonomian Indonesia,” ujar Rizal.
Dia memerinci, kerugian di setiap sektor yang muncul akibat batalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20. Dari wisatawan mancanegara, potensi yang hilang adalah Rp120 miliar, dan wisatawan nusantara Rp56 miliar. Kerugian dari sisi penyelenggaraan mencapai Rp600 miliar, dan kerugian infrastruktur Rp175 miliar. Sementara, yang sektor usaha kecil dan menengah juga menerima dampak besar karena kehilangan potensi bisnis hingga Rp500 miliar.
“Kita berharap event-event internasional ini dijaga, dirawat, yang tentu akan memberikan dampak terhadap ekonomi yang jauh lebih baik, terutama di dalam mendorong sektor pariwisata,” tambah Rizal.
Produsen Suvenir Merugi
Salah satu pihak yang jelas mengalami kerugian akibat pembatalan Piala Dunia U-20 adalah perusahaan penyedian suvenir resmi, PT Juara Raga Adidaya. Henri Santoso Winata, COO perusahaan ini mengakui pembatalan ini berdampak telak bagi mereka.
“Kita memang sudah mempersiapkan dari tahun lalu. Jadi kita sudah ditunjuk FIFA untuk menjadi official licence partner itu mulai dari bulan September atau Oktober,” kata Henri
Perusahaan ini telah merencanakan dan memproduksi total 85 model suvenir, mulai dari pakaian sampai aksesori. Di tengah proses, ketika tragedi Kanjuruhan terjadi produksi sempat diperlambat. Namun, awal Maret lalu perusahaan meluncurkan secara resmi karena meyakini semua berjalan baik.
Distribusi bahkan sudah dilakukan bekerja sama dengan toko berjejaring yang memiliki lebih 13 ribu outlet di seluruh Indonesia.
“Total produksi kita ada di Rp100 miliar, dan kita sudah masukkan production itu kurang lebih ada Rp68 miliar,” jelas Henri.
Tidak hanya bagi perusahaan, pembatalan ini tentu berdampak juga pada sekitar 30 mitra PT Juara Raga Adidaya, di mana 20 di antaranya adalah UMKM.
“Boleh dibilang impact-nya memang sangat luar biasa, pembatalan ini. Tapi memang semua ini sudah terjadi, ya kita tetap akan mendukung yang terbaik buat Indonesia,” tegas Henri. [ns/ab]
You must be logged in to post a comment Login