Connect with us

MATA DESA

Legenda Asal Mula Nama Desa Mopait

Suatu ketika sungai kecil yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk mandi dan minum berubah warna bau dan rasanya menjadi pahit dan yang lebih menakjubkan masyarakat yang mandi dan mengambil air minum di sungai kecil tersebut sembuh dari wabah penyakit kulit, maka spontan saja masyarakat yang bermukim di sekitar sungai kecil itu memberinya nama Sungai Mopait yang berarti “rasa pahit” sampai dengan saat ini.

Published

on

Sungai Ongkag yang melintas persis di tengah Desa Mopait
Sungai Ongkag yang melintas persis di tengah Desa Mopait. (foto:pantau24.com/marshal)

KATA Mopait dalam Bahasa Mongondow berarti Rasa Pahit. Bila ditelaah dalam hubungan bahasa etika di masyarakat Mopait berkaitan dengan adanya rasa kekeluargaan yang sangat tinggi sehingga berusaha selalu merendahkan diri dalam segala hal termasuk ungkapan bahasa dalam berdialog misalnya ketika mengajak makan dengan didahului ucapan mohon maaf karena hanya nasi belaka tanpa ikan dan sayur padahal sesungguhnya makanannya cukup lengkap, ketika ditanya harta bendanya akan dijawab hanya punya tanah sejengkal padahal kekayaannya melimpah dan lain sebagainya.

Sehingga kata Mopait sesungguhnya ungkapan rasa rendah hati dari masyarakat tapi sesungguhnya hati dan raut muka masyarakat senantiasa manis setiap saat kapan dan di mana pun.

Terlepas dari bahasa etika tersebut di atas sesungguhnya peradaban masyarakat Desa Mopait dimulai dari berkumpulnya sekelompok manusia dipinggiran sungai kecil di bagian Barat kira-kira 1,5 Km dari areal Desa Mopait saat ini dipimpin oleh seorang Kepala Suku yang pertama dan memimpin kelompok masyarakat ini kira-kira tahun 1892 bernama, Pokol Pobela dibawa kepemimpinan Raja Ridel Manuel Manoppo di Kerajaan Bolaang Mongondow.

Pada saat itu masyarakat diserang oleh wabah penyakit kulit yang menyebabkan banyak yang meninggal dunia.

Namun suatu ketika sungai kecil yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk mandi dan minum berubah warna bau dan rasanya menjadi pahit dan yang lebih menakjubkan masyarakat yang mandi dan mengambil air minum di sungai kecil tersebut sembuh dari wabah penyakit kulit, maka spontan saja masyarakat yang bermukim di sekitar sungai kecil itu memberinya nama Sungai Mopait yang berarti “rasa pahit” sampai dengan saat ini.

Fakta menarik dan bermanfaat

Setelah ditelusuri di hulu sungai tersebut ternyata ada pohon tumbang kedalam sungai di bagian hulu yaitu pohon yang dalam bahasa mongondow disebut ‘Pangkoi Deyangow” yang sampai saat inipun masih digunakan oleh masyarakat Mopait untuk mengobati penyakit kulit.

Karena masyarakat yang hidup masih dalam kepercayaan dinamisme sehingga mereka percaya bahwa pemukiman tersebut sudah ada unsur mistiknya sehingga merekapun pindah ke wilayah pemukiman baru yang ada sampai saat ini.

Kepemimpinan kepala suku berlangsung sampai dengan Tahun 1922 dan tecatat sebanyak 5 (lima) kepala suku yang memimpin Pedukuan Mopait sejak Tahun 1892. Tahun 1923 berubah menjadi Desa dan dipimpin oleh seorang Sangadi. Tercatat sudah 15 sangadi yang berhasil memimpin Desa Mopait sehingga sangadi yang memimpin saat ini adalah Sangadi yang ke-16, yaitu Sangadi, Ruslan Bonuot Ama. Pd. SE

Berbagai peristiwa heroikpun sempat terjadi di Desa Mopait diantaranya pada zaman pendudukan Jepang desa ini menjadi pusat pertempuran antara pasukan sekutu dengan tentara Jepang.

Karena Jepang membangun Lapangan terbang pada tahun 1942 sebagai pusat pertahanan tentara Jepang Bolaang Mongondow di Desa Mopait sehingga pada saat serangan sekutu di Bolaang Mongondow Desa Mopait menjadi pusat serangan sekutu untuk mengusir Jepang dari Bolaang Mongondow.

Begitu pula pada Peristiwa Permesta tahun 1957 sampai dengan tahun 1959 ditempat ini pula terjadinya pertempuran pertama antara Tentara Pusat atau TNI yang datang dari arah Selatan dan dibantu oleh masyarakat setempat yang dikomandoi oleh Kapten Daan Olii berhadapan dengan tentara Permesta dikomandoi oleh Kapten Mawikere dan Kapten Pantouw yang datang dari arah Kotamobagu dengan dibatasi oleh Sungai Ongkag yang membelah Desa Mopait sebagai pusat pertahanan masing-masing pihak. (Kapten Daan Olii tercatat pernah menjabat Bupati di Bolaang Mongondow).

(Sumber: Pemerintah Desa Mopait)