Connect with us

HIBURAN

Ketika “Bohito” Jadi Sajian Istimewa

Published

on

Pernah mendengar Bohito? Atau mungkin sudah pernah mencicipinya? Awas jangan terlalu banyak. Karena lazimnya minuman ini bisa memabukkan.
Ya, Bohito merupakan salah satu minuman tradisional yang bisa bikin orang teler. Di dalam dan di luar Gorontalo, Bohito sendiri familiar dengan sebutan saguer, atau bahasa Indonesia-nya air nira.
Air nira sendiri berasal dari air sadapan yang menetes dari pohon enau, yang oleh masyarakat Gorontalo menyebutnya pohon Wa’olo, sedangkan masyarakat Minahasa dikenal sebagai pohon akel atau seho.
Secara umum pohon ini disebut pohon aren yang sebutan ilmiahnya Arenga pinnata [1] atau sinonimnya Arenga saccharifera
Air Nira atau Saguer atau Bohito sendiri di tangan pria kreatif yang satu ini, malah menjadi minuman yang berbeda. Tidak diolah menjadi Cap Tikus yang sering kita dengar dan lihat. Tidak memabukkan. Sebaliknya, minuman ini jadi nikmat. Bahkan, bisa menjadi sajian yang sangat istimewa.
Bahkan menariknya, Bohito made in kedai TB Gorontalo ini dipadukan dengan kopi, buah hingga disulap menjadi es krim. Rasanya, tidak usah ditanya; Nikmat !
“Ini hanya namanya saja yang Bohito, tapi ini 100% saya jamin tidak ada alkoholnya. Ini bukan Bohito yang bikin kita mabuk,” kata Jemmy Monoarfa, pemilik kedai TB Gorontalo jalan Arif Rahman Hakim, Kelurahan Pulubala, Kecamatan Kota Tengah, Kota Gorontalo, beberapa waktu lalu.

Bohito dengan paduan buah mangga.

Sejatinya, Bohito drink ini belum lama digagas. Mungkin baru sebulan ini. Jemmy bercerita, ide awalnya itu saat dia share pengetahuan tentang potensi nira Gorontalo dengan seorang rekannya dari Nangroe Aceh Darussalam.
Maklum, umumnya nira di Gorontalo diolah menjadi gula merah, gula semut, gula merah cair bahkan, ironisnya, menjadi saguer yang memabukkan itu.
“Jadi, dari teman, saya diajari bagaimana Bohito yang tadinya memabukkan menjadi Bohitopresso. Bohitopresso yaitu Bohito yang dipadu dengan kopi Dulamayo,” kenang Jemmy.
Adapun cara mengolah Bohito made in Kedai TB Gorontalo ini nyaris sama dengan membuat gula tradisional dari nira. Proses intinya dimasak hampir selama 2 jam. Alasannya, dengan memasak air nira dapat mengurai kandungan alkohol, kadar air dan kandungan lain yang tidak diperlukan.
“Jadi intinya dari proses cair ke proses kental, seperti orang bikin gula merah,” sambung pemerhati pertanian Organik ini.
Nira saat dimasak layaknya seperti pembuatan gula merah
Setelah dimasak, kemudian didinginkan. Dan untuk menjaga agar tidak terjadi fermentasi secara alami, cikal bakal minuman berkelas ini langsung dimasukkan ke dalam kulkas. Harus didinginkan agar proses fermentasinya tidak terjadi.

Bohito dengan paduan kopi.

Setelah didinginkan, Bohito non alcohol ini akhirnya sudah siap disajikan. Mau dibuat apapun jadi. Bisa diminum tok, dicampur dengan kopi, jadi Bohito Fruit, dan kini tengah dikembangkan menjadi ice cream. “Itu (ice cream) masih akan kita kembangkan,” kata Jemmy.
Bagaimana jika tidak memiliki kulkas di rumah? Kata Jemmy, bisa. Namun hanya bisa tahan 2 hari saja. “Lewat itu, rasanya jadi asam-asam. Kayak cuka,” imbuh dia.
Setelah dimasak untuk proses pengentalan, air nira bisa susut sekitar 65%.
Saat ini, Bohito ala Kedai TB Gorontalo ini belum dijual secara massal. Produksinya masih sangat terbatas. “Mungkin baru bisa dinikmati di Kedai TB Gorontalo, konsumsinya masih terbatas,” kata Jemmy.
Di Kedai TB Gorontalo, harga minuman nikmat ini pun masih sangat terjangkau. Cukup rogoh kocek Rp 10.000,- per gelas. Bisa juga dipesan per botol ukuran 250 ml hingga 400 ml. Harganya pun mulai Rp 20.000,- hingga Rp 50.000,-. Cukup murah bukan? 

Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply