SULUT
Potret Sosial Ekonomi Kotamobagu berdasarkan data BPS

PANTAU24.COM – Ulasana data kali ini bertujuan untuk menjelaskan kondisi sosial dan ekonomi di Kotamobagu selama periode tahun 2022 hingga 2024. Analisis ini didasarkan pada data statistik kunci yang dipublikasikan dalam buku “Kotamobagu Dalam Angka 2025” yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kotamobagu.
Data ini mencakup berbagai indikator penting yang merefleksikan kesejahteraan penduduk dan kinerja perekonomian.
Data kunci yang disajikan meliputi indikator sosial seperti kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, kemiskinan, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), serta indikator ekonomi seperti Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pertumbuhan ekonomi, PDRB per Kapita, dan inflasi.
Analisis sektor sosial
Kependudukan
Jumlah Penduduk Kotamobagu mengalami penurunan signifikan menjadi 121,19 ribu jiwa pada 2024, dari sebelumnya 127,71 ribu jiwa pada 2023. Pada tahun 2022 jumlah penduduk Kotamobagu ada pada angka 126,3 ribu jiwa.
Laju Pertumbuhan Penduduk tumbuh positif 0,05% pada 2023 sebelum mengalami pertumbuhan negatif yang cukup besar (-2,20%) pada 2024. Penurunan populasi dan laju pertumbuhan negatif ini merupakan fenomena yang perlu dicermati mendalam oleh pemerintah daerah, karena dapat berdampak pada berbagai aspek pembangunan.
Menurut definisi BPS, pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah pada waktu tertentu, dipengaruhi kelahiran, kematian, dan migrasi. Laju pertumbuhan negatif menandakan jumlah kematian dan/atau migrasi keluar lebih tinggi dari kelahiran dan/atau migrasi masuk.
Kesehatan dan Pendidikan
Angka Harapan Hidup (AHH), meningkat secara konsisten dari 70,98 tahun (2022) menjadi 71,34 tahun (2023), dan 71,63 tahun (2024). AHH merupakan indikator kualitas kesehatan dan kesejahteraan, peningkatan ini mencerminkan perbaikan kondisi kesehatan dan kualitas hidup masyarakat.
Angka Melek Huruf (AMH) Usia 15+, berada pada level yang sangat tinggi dan stabil, yaitu 99,69% (2022), 99,86% (2023), dan 99,83% (2024). AMH menunjukkan proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis, tingkat yang tinggi ini mengindikasikan keberhasilan program pendidikan dasar.
Ketenagakerjaan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), mengalami peningkatan dari 65,87% (2022) menjadi 69,41% (2023), dan terus naik signifikan menjadi 71,20% (2024). TPAK mengukur persentase penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang aktif dalam pasar kerja, peningkatan ini menandakan semakin banyak penduduk usia produktif yang bersedia dan berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), menunjukkan penurunan dari 6,59% (2022) menjadi 6,34% (2023). Data untuk tahun 2024 tidak tersedia. TPT adalah persentase pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja, penurunan ini pada periode 2022-2023 merupakan indikasi positif adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja.
Kemiskinan
Penduduk Miskin, menurun dari 6,94 ribu (2022) menjadi 6,82 ribu (2023), namun kemudian meningkat menjadi 7,05 ribu pada 2024.
Persentase Penduduk Miskin, menurun dari 5,19% (2022) menjadi 5,03% (2023), namun sedikit meningkat menjadi 5,12% pada 2024. Menurut BPS, penduduk miskin adalah penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
Penurunan pada 2023 diikuti kenaikan pada 2024 menunjukkan bahwa upaya pengentasan kemiskinan masih menghadapi tantangan dan rentan terhadap faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan jumlah penduduk miskin.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
IPM terus meningkat dari 75,56 (2022) menjadi 76,01 (2023), dan 76,86 (2024). IPM adalah ukuran komposit dari harapan hidup, pendidikan, dan standar hidup. Nilai IPM di atas 70 dikategorikan sebagai “pembangunan manusia tinggi”, sehingga peningkatan ini menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam kualitas hidup penduduk secara umum.

Analisis sektor ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto
Nilai PDRB harga berlaku terus meningkat dari 4.412,66 juta rupiah (2022) menjadi 4.798,75 juta rupiah (2023), dan 5.214,65 juta rupiah (2024). PDRB harga berlaku menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan pada harga tahun berjalan. Peningkatannya mencerminkan pertumbuhan nominal output ekonomi.
Laju Pertumbuhan Ekonomi
Kotamobagu mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang kuat dan positif, yaitu 5,15% (2022), 5,40% (2023), dan 5,29% (2024). Laju pertumbuhan ekonomi mengukur perubahan PDRB harga konstan dari waktu ke waktu. Pertumbuhan di atas 5% menunjukkan aktivitas ekonomi yang dinamis dan berkembang. Sedikit perlambatan di 2024 dibandingkan 2023, tetapi berada dalam tren pertumbuhan yang solid.
PDRB Per Kapita at Current Price
Meningkat konsisten dari 34,94 juta rupiah (2022) menjadi 37,58 juta rupiah (2023), dan 40,40 juta rupiah (2024). PDRB per kapita adalah PDRB dibagi jumlah penduduk, sering digunakan sebagai proksi pendapatan rata-rata penduduk. Peningkatannya mengindikasikan adanya peningkatan rata-rata kesejahteraan ekonomi penduduk.
Inflasi (y-o-y):
Menunjukkan penurunan yang signifikan dari 6,03% (2022) menjadi 3,40% (2023), dan 0,67% (2024). Inflasi mengukur perubahan harga barang dan jasa secara umum dari tahun ke tahun. Penurunan drastis ini menandakan adanya stabilitas harga yang semakin baik di Kotamobagu, yang positif bagi daya beli masyarakat.
Implikasi
Secara keseluruhan, data statistik kunci Kotamobagu periode 2022-2024 menggambarkan kondisi sosial ekonomi yang menunjukkan kemajuan di banyak bidang. Pertumbuhan ekonomi yang kuat dan stabil, peningkatan PDRB per kapita, dan penurunan inflasi adalah indikator positif dari sektor ekonomi yang menunjukkan resiliensi dan potensi pertumbuhan lebih lanjut.
Di sektor sosial, peningkatan Angka Harapan Hidup dan Indeks Pembangunan Manusia mencerminkan perbaikan kualitas hidup, kesehatan, dan pendidikan. Tingkat melek huruf yang sangat tinggi juga menjadi modal pembangunan sumber daya manusia yang kuat. Peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menunjukkan semakin banyak penduduk yang aktif dalam kegiatan ekonomi.
Namun, terdapat beberapa catatan penting dan tantangan yang perlu perhatian:
- Perubahan Populasi 2024: Penurunan drastis jumlah penduduk dan laju pertumbuhan negatif di tahun 2024 merupakan anomali yang memerlukan analisis lebih lanjut untuk memahami penyebabnya. Jika ini adalah data final, implikasinya terhadap perencanaan pembangunan baik sosial maupun ekonomi akan sangat besar.
- Poverty Setback di 2024: Meskipun persentase dan jumlah penduduk miskin menurun di 2023, kenaikan kembali di 2024 menunjukkan bahwa kemiskinan masih menjadi isu persisten. Pertumbuhan ekonomi yang positif belum sepenuhnya berhasil mencegah peningkatan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Ini mengindikasikan pentingnya program pengentasan kemiskinan yang lebih tepat sasaran dan berkelanjutan, serta strategi pemerataan hasil pembangunan.
- Data Ketenagakerjaan 2024: Analisis ini masih harus disertai dengan data Tingkat Pengangguran Terbuka di tahun 2024 untuk memahami kondisi pasar kerja terbaru, terutama mengingat adanya peningkatan signifikan pada Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja.
Menggunakan teori statistik, dapat dilihat adanya korelasi antara beberapa indikator. Misalnya, peningkatan AHH dan Tingkat Pendidikan (tersirat dari AMH yang tinggi) berkontribusi pada peningkatan IPM.
Pertumbuhan ekonomi yang kuat (dilihat dari PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi) idealnya akan menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan. Namun, data menunjukkan bahwa meskipun ekonomi tumbuh, jumlah penduduk miskin masih bisa meningkat, menggarisbawahi kompleksitas masalah kemiskinan yang tidak hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi makro tetapi juga distribusi pendapatan dan akses terhadap sumber daya.
Penurunan inflasi juga berkontribusi positif terhadap standar hidup riil masyarakat, terutama bagi kelompok berpendapatan rendah.

Simpulan yang bisa ditarik
Berdasarkan data statistik tahun 2022-2024 dari BPS Kotamobagu, daerah ini menunjukkan performa ekonomi yang solid dengan pertumbuhan yang kuat, peningkatan PDRB per kapita, dan inflasi yang terkendali. Capaian pembangunan manusia juga tergolong baik dan terus membaik, didukung oleh angka harapan hidup dan literasi yang tinggi.
Namun, wilayah ini menghadapi tantangan signifikan terkait dinamika kependudukan yang dilaporkan mengalami penurunan tajam di 2024, serta adanya kenaikan kembali jumlah dan persentase penduduk miskin di tahun yang sama setelah sempat menurun.
Hal ini menunjukkan perlunya evaluasi mendalam terhadap faktor-faktor penyebab tren tersebut dan penguatan program penanggulangan kemiskinan agar manfaat pertumbuhan ekonomi dapat dirasakan lebih merata oleh seluruh lapisan masyarakat.
Analisis lebih lanjut dengan data yang lebih detail, termasuk data per sektor ekonomi dan karakteristik penduduk miskin, akan kami sajikan untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif.

You must be logged in to post a comment Login