Bitung
Perawat IGD Klarifikasi dan Tolak Minta Maaf Soal Insiden dengan Pasien Verawati di RS Manembo-nembo

BITUNG, PANTAU24.COM–Perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Manembo-nembo, Tessa Lonika Runtu, memberikan klarifikasi terkait insiden yang melibatkan pasien bernama Verawati pada Selasa malam, (21/01/2025).
Tessa menjelaskan, insiden bermula ketika Verawati datang ke IGD sekitar pukul 22.00 WITA dan langsung meminta dirawat inap.
“Saya bertanya kepada pasien, apa keluhannya. Beliau mengatakan sudah dua hari tidak bisa tidur. Saya kemudian bertanya, apakah tadi pagi sudah memeriksakan diri ke puskesmas? Tapi beliau menjawab tidak,” kata Tessa ketika ditemui di ruang IGD, Kamis, 23 Januari 2025.
Tessa menambahkan, keluarga pasien yang mendampingi sempat mengatakan bahwa Verawati memiliki riwayat tekanan darah tinggi.
Sambil mempersiapkan lembar triase dan alat tensi, Tessa menjelaskan bahwa pasien berada dalam kategori triase hijau. Aartinya kata Tessa, bukan dalam kondisi gawat darurat—dan perlu menunggu karena IGD sedang penuh.
“Saat itu ada delapan pasien triase hijau lain yang juga menunggu. Saya sampaikan bahwa pasien tetap akan ditangani, tetapi harus bersabar. Namun, keluarga langsung emosi dan mengatakan, ini rumah sakit pemerintah, jadi mereka harus dilayani cepat,” ujar Tessa.
Situasi semakin memanas. Tessa mengungkapkan, pasien dan keluarganya mulai beradu argumen dengan petugas, bahkan memprotes prosedur pelayanan rumah sakit.
“Saya sudah mencoba menjelaskan bahwa kami menangani pasien berdasarkan tingkat urgensi, tapi keluarga tidak mau mendengar. Ketika dokter datang untuk menengahi, mereka juga tetap marah-marah,” katanya.
Tessa mengakui, ketegangan ini menarik perhatian pasien lain yang sedang dirawat di IGD. Salah satu keluarga pasien lain meminta agar tidak membuat keributan karena suasana gaduh dapat mengganggu pasien lain.
Tidak lama kemudian, petugas keamanan rumah sakit datang untuk menenangkan situasi.
“Pasien Verawati sempat terlihat pingsan, tetapi tidak lama kemudian sadar dan kembali melanjutkan argumennya. Ada keluarga pasien lain yang bahkan berkomentar bahwa ibu Verawati pura-pura pingsan. Kondisi ini membuat suasana semakin tidak kondusif,” kata Tessa.
Menurut Tessa, pada saat itulah salah satu keluarga pasien lain membantu merangkul Verawati dan keluarganya keluar dari ruangan.
“Saya tidak tahu pasti apa yang terjadi di depan pintu IGD. Tapi sepengetahuan saya, tindakan satpam adalah bagian dari prosedur pengamanan untuk menjaga ketertiban,” ujarnya.
Tidak Ada Pengusiran
Tessa membantah tudingan bahwa pihak rumah sakit mengusir pasien. Ia mengatakan, pasien tetap memiliki opsi untuk kembali ke IGD dan menunggu giliran pemeriksaan.
“Setelah situasi mereda, anak pasien sempat datang dan bertanya apakah ibunya bisa masuk lagi untuk diperiksa. Katim kami menjelaskan bahwa pasien tetap akan ditangani, tetapi harus menunggu karena IGD masih penuh,” ujarnya.
Namun, menurut Tessa, setelah itu, pasien dan keluarganya tidak kembali masuk ke IGD.
“Saya melihat mereka sempat berada di luar, mungkin menunggu, tetapi saya tidak tahu pasti apa yang mereka lakukan,” katanya.
Menolak Minta Maaf
Saat ditanya apakah ia bersedia meminta maaf kepada Verawati dan keluarganya, Tessa menegaskan dirinya tidak merasa bersalah.
“Saya sudah bekerja sesuai prosedur. Tidak mungkin saya membiarkan pasien tidak ditangani. Semua pasien yang datang ke IGD kami perlakukan sama, sesuai dengan kondisi medisnya,” kata Tessa.
Ia juga berharap pasien dan keluarganya dapat memahami sistem triase di rumah sakit.
“Saya juga disumpah sebagai perawat. Tidak mungkin saya membiarkan pasien tanpa penanganan. Tapi kami bekerja berdasarkan prosedur. Saya hanya berharap masyarakat bisa lebih sabar dan memahami situasi kami,” kata Tessa.

You must be logged in to post a comment Login