Connect with us

Editor's Pick

Jelajahi data interaktif kehilangan tutupan pohon di Bolaang Mongondow Raya selama 23 tahun

Published

on

Lingkungan

PANTAU24.COM – Analisis terhadap data yang diambil dari Global Forest watch menunjukkan bahwa total kehilangan tutupan pohon di wilayah Bolaang Mongondow Raya (BMR) Provinsi Sulawesi Utara mencapai 81.377,96 hektare selama periode 23 tahun, dengan rata-rata kehilangan tahunan sebesar 3.538,17 hektare.

Data menunjukkan volatilitas yang sangat tinggi dengan koefisien variasi mencapai 70,2%, mengindikasikan fluktuasi yang signifikan antar tahun dalam tingkat kehilangan tutupan pohon.




Dashboard Kehilangan Tutupan Pohon BMR 2001–2023


Statistik per Kabupaten


Kabupaten Total (ha) Kontribusi (%) Rata-rata/Tahun

Analisis data kehilangan tutupan pohon di BMR

Tahun 2015 tercatat sebagai tahun dengan kehilangan tutupan pohon tertinggi mencapai 12.283,05 hektare, sementara tahun 2008 memiliki kehilangan terendah dengan 1.131,45 hektare. Perbedaan ekstrem ini menunjukkan adanya faktor-faktor spesifik yang mempengaruhi tingkat deforestasi pada periode tertentu, termasuk aktivitas pertambangan emas tanpa izin (PETI) dan penebangan liar yang marak pada periode tersebut .

Jelajahi data interaktif kehilangan tutupan pohon di Bolaang Mongondow Raya selama 23 tahun

Bolaang Mongondow adalah kabupaten dengan kontribusi kehilangan tutupan pohon tertinggi, menyumbang 34,6% dari total kehilangan atau setara dengan 28.143,68 hektare. Bolaang Mongondow Selatan menempati posisi kedua dengan kontribusi 26,2% (21.298,91 hektare), diikuti Bolaang Mongondow Utara dengan 24,2% (19.710,06 hektare), dan Bolaang Mongondow Timur dengan kontribusi terkecil sebesar 15,0% (12.225,31 hektare).

Kontribusi Kehilangan Tutupan Pohon per Kabupaten BMR 2001-2023

Distribusi kehilangan tutupan pohon yang tidak merata ini mencerminkan perbedaan karakteristik geografis, ekonomi, dan tekanan pembangunan di masing-masing kabupaten. Kabupaten Bolaang Mongondow yang memiliki wilayah paling luas dan aktivitas ekonomi yang beragam menunjukkan kehilangan yang paling signifikan.

Total Kontribusi Kehilangan Tutupan Pohon per Kabupaten BMR 2001-2023

Analisis ren temporal

Analisis tren menunjukkan tidak ada tren linear yang signifikan secara statistik dalam kehilangan tutupan pohon sepanjang periode 2001-2023, dengan nilai p-value sebesar 0,7914. Namun, analisis per dekade mengungkapkan pola yang menarik: periode 2011-2020 memiliki rata-rata kehilangan tertinggi sebesar 4.343,60 hektare per tahun, dibandingkan dengan 3.152,80 hektare per tahun pada periode 2001-2010, dan 2.137,99 hektare per tahun pada periode 2021-2023.

Korelasi antar kabupaten

Analisis korelasi mengungkapkan hubungan yang menarik antara pola kehilangan tutupan pohon di berbagai kabupaten BMR. Korelasi terkuat ditemukan antara Bolaang Mongondow Utara dan Bolaang Mongondow dengan nilai 0,804, menunjukkan pola kehilangan yang serupa di kedua wilayah tersebut. Sebaliknya, korelasi terlemah terjadi antara Bolaang Mongondow Timur dan Bolaang Mongondow Utara dengan nilai 0,241.

Matriks Korelasi Kehilangan Tutupan Pohon Antar Kabupaten BMR

Faktor penyebab kehilangan tutupan pohon

Kehilangan tutupan pohon di BMR tidak dapat dipisahkan dari konteks deforestasi yang lebih luas di Sulawesi Utara, di mana luas hutan mencapai 764.739,27 hektare yang terus mengalami perambahan.

Faktor utama penyebab deforestasi meliputi konversi lahan untuk perkebunan, penggembalaan ternak, penebangan liar, dan pertambangan emas rakyat. Kegiatan pertambangan skala industri telah terbukti menjadi salah satu penyebab utama deforestasi di Indonesia, dengan dampak yang signifikan terhadap hutan tropis.

Deforestasi di BMR telah menimbulkan berbagai dampak lingkungan yang serius, termasuk erosi tanah, sedimentasi, penurunan kualitas lahan, dan degradasi keanekaragaman hayati. Kerusakan pada Daerah Tangkapan Air (DTA) Bendungan Lolak menunjukkan dampak langsung deforestasi terhadap infrastruktur penting dan keberlanjutan sumber daya air. Komunitas lokal juga merasakan dampak negatif berupa pencemaran air, kerusakan lahan pertanian, dan gangguan terhadap mata pencaharian tradisional.

Dengan total kehilangan 81.377,96 hektare selama periode 2001-2023, data menunjukkan urgensi penanganan deforestasi di wilayah BMR. Variabilitas tinggi dalam data mengindikasikan perlunya pendekatan adaptif dalam strategi konservasi hutan.

Artikel ini merupakan republikasi dari: zonautara.com

Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply