Connect with us

SULUT

Ketika buah pala tak lagi sekadar rempah, Hanris Barik ubah jadi warisan ekonomi Sitaro

Published

on

PANTAU24.COM – Hanris Barik (63), warga Pulau Siau, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) berhasil menciptakan produk turunan dari buah pala. Ditangannya buah pala disulap menjadi produk bernilai ekonomis. Ia merupakan lulusan sarjana muda pertanian. Sebagian besar karirnya dihabiskan sebagai pegawai negeri sipil selama 33 tahun.

Barik mengubah buah pala menjadi anggur (wine). Kini produk buatan Barik banyak diburu pembeli termasuk wisatawan mancanegara. Pala adalah komoditas andalan Sitaro. Bahkan hampir seluruh warga pulau Siau menggantukan hidup dari tanaman pala. Tapi, yang laku di pasaran selama ini hanya biji dan fuli pala. Biasanya daging buah pala dibuang begitu saja. 

Total ada tujuh produk yang saat ini sudah diciptakan Barik berbahan baku pala. Selain wine pala yang bisa dkonsumsi untuk semua kalangan, Barik juga memproduksi anggur pala khusus untuk kebutuhan perjamuan di gereja. Ada pula dodol, selai, sirup, jus dan bahkan kopi dari pala. Kini merek inovasi yang Barik telah terdaftar secara resmi. Ia telah menerima sertifikat merek yang terdaftar di Direktorat Jenderal Kekayaan intelektual, Kementrian Hukum dan HAM, dengan nama merk SF Barik. Sertifikat ini sangat penting bagi Barik. 

“Saat pameran di kawasan Megamas di Manado 2024, saya mendapatkan peluang bertemu dengan pihak Kemenkumham Manado dan akhirnya membantu kepengurusan sertifikat merek. SF kepanjangan dari Sari Fruit, nama ini sebenarnya saya usulkan, tapi karena sudah ada yang terdaftar jadi tidak bisa digunakan lagi, jadi hanya disingkat” kata Barik, saat ditemui PANTAU24.com beberapa waktu lalu. 

Semua produk dikerjakan Barik di Kampung Beong, Kecamatan Siau Tengah, rumah tinggal bagi keluarganya. Barik mengaku banyak mendapat pengetahuan saat masih bekerja di Dinas Pertanian, ia pernah menjadi PNS di Kabupaten Kepulauan Talaud, di Sangihe dan terakhir di Sitaro. Menariknya Barik mengubah rumahnya menjadi tempat produksi. Karyawan Barik saat ini adalah keluarga terdekat. “Kerja dibantu isteri, anak-anak dan juga saudara,” katanya. 

Sejak tahun 2012 Barik sudah memproduksi produk turunan ini. Produknya pun hingga kini tetap aman dikonsumsi. Dia mengaku sering didatangi Balai Pengawasan Obat dan Makanan untuk diperiksa. Kecintaan Barik akan buah pala membawa dia pada harapan bahwa buah pala dapat diolah menjadi produk bernilai tinggi. 

pala
Hanris Barik saat menerima sertifkat merek SF Barik. (Foto: koleksi pribadi)

Buah pala menjadi komoditas andalan pulau Siau, bahkan pemerintah telah mengeluarkan sertifikat indikasi geografis untuk Pala Siau karena tingginya mutu dan menjadi salah satu pala terbaik di dunia. Namun kesejahteraan petani pala justru memprihatinkan. Umumnya, daging kulit pala dibuang beitu saja. Petani hanya mengambil bijinya untuk dikeringkan. Biji dan fuli ini lantas dijual, dengan harga yang tak stabil. Permainan pasar sering membuat para petani menjerit namun tak bisa berbuat banyak.  

Pala dikenal sebagai rempah yang populer di berbagai negara, termasuk Indonesia, karena bijinya yang kaya aroma dan rasa. Pala digunakan sebagai bumbu masakan untuk menambah rasa dan aroma pada berbagai hidangan, baik masakan. 

Kini Barik memperkenalkan solusi atas masalah petani di Sitaro, bagaimana buah pala bisa dibuat produk turunan yang menjanjikan bagi masa depan petani. Bijinya bisa dijual ke pengepul tapi daging kulitnya bisa digunakan untuk produk lain dengan keuntungan yang tidak main-main. 

Saat bertemu PANTAU24.com, Barik bercerita sebenarnya ia punya banyak kesempatan untuk menjual produknya lebih luas lagi. Sebagai pensiunan, ia memiliki tabungan yang bisa digunakan sebagai modal mencari tempat yang lebih ramai memasarkan produknya. Namun pria paru baya ini mengaku tidak melakukan hal ini.

“Saya tidak mau, lebih baik di rumah saja. Kalau buka tokok, maka saya harus menghabiskan banyak waktu hanya untuk menunggu pembeli. Tetapi jika di rumah, saya bisa sambil bekerja atau memproduksi yang lain,” jelas Barik.  

Perjuangan eks pegawai negeri sipil ini pun tidak mudah. Menurut Barik banyak tantangan yang dihadapi, mulai dari kurangnya keyakinan, sering gagal, sempat sulit mendapatkan bahan baku, hingga meyakinkan konsumen.

“Kami sampai membeli kulit pala, karena tidak mampu lagi mencari bahan baku. Positifnya bisa membantu petani pala karena kulitnya laku,” ungkap Barik.  

Setelah belasan tahun terus tekun menjalani ujicoba, kini produk miliknya mendunia, terutama wine pala. Sejumlah pemandu wisata selalu merekomendasikan wine SF Barik untuk dicicip setiap kali datang ke Sitaro.

“Ada yang dari Italia, Perancis, Amerika maupun warga dari Jawa dan Manado. Paling laku itu wine pala. Karena banyak pembeli dan beragam maka kami juga rutin memperbaiki kemasan sehingga menjadi menarik dan produk lebih aman,” katanya.  

Barik juga memastikan untuk harga jual tidak mahal, ia selalu menghitung jumlah produksi dan menjual dengan harga ramah kantong. “Harganya sangat terjangkau,” kata Barik. 

pala
Hanris Barik berfoto di rumahnya yang juga menjadi lokasi tempat produksi berbagai produk dari SF Barik. (Foto: koleksi pribadi)

Inovasi tanpa henti 

Pemandu wisata di pulau Siau, Dominik Derek becerita bahwa ia tidak pernah sepi pekerjaan. Sejak Covid -19 selesai, tamu terus datang ke Siau. Seluruh wistawan yang menggunakan jasanya, jika ke pulau Siau pasti mencari dua hal, yakni keindahan dan kekayanaan alam serta makanan khas daerah.  

Dominik mengaku sangat terbantu dengan produk Hanris Barik. Beberapa tamu yang datang akan mencari minuman, dan ia menawarkan wine. Bagi dia bangga bisa memperkenalkan minuman lokal.

“Mereka selalu minta tambah, dan setiap kali datang pasti minta diantar ke wine pala,” kata Dominik. 

Bupati Sitaro, Chyntia Ingrid Kalangit, menyambut baik dan mengapresiasi usaha warganya, seperti yang dilakukan oleh Barik. Apalagi seorang pensiunan ASN. 

“Ini merupakan sebuah langkah yang positif dan tentu sangat baik bagi pelaku usaha. Karena dengan adanya sertifikat merek, akan semakin memperkuat perlindungan hukum bagi produk IKM di daerah,” ucap Kalangit, menanngapai pemberian sertifikat mereka bagi SF Barik.

Ia juga menekankan pentingnya perlindungan hukum terhadap merek untuk menghindari penyalahgunaan oleh pihak lain, serta komitmennya mendorong seluruh pelaku industri kecil menengah di wilayah Sitaro agar memiliki legalitas usaha.

“Karena ini juga akan sangat penting dalam mendukung IKM naik kelas dan semakin kompetitif di pasar,” lanjutnya.

Bupati menambahkan bahwa identitas usaha yang kuat, legalitas yang jelas, dan perlindungan hukum atas merek merupakan modal penting dalam membangun ekonomi lokal yang berkelanjutan.

pala
Hanris Barik berfoto bersama Bupati Sitaro Chyntia Kalangit, di meja display berbagai produk SF Barik. (Foto: koleksi p[ribadi)

Kini Barik terus mengembangkan kemampuannya, tidak hanya untuk produk turunan pala, ia pun membuat produk lain. Dengan memanfaatkan sumber daya alam ikan yang melimpah, kini Barik tengah menjual produk bakasang bubuk yang bisa dicampur dengan bahan makanan maupun untuk sambal. Selain itu ada juga yang paling laku yakni kenari goreng yang sudah dikemas baik. Yang paling baru lewat berbagai tanaman, Barik berhasil membuat obat gosok untuk penyakit kulit. 

“Kadang kala orang berpikir kerja hari ini untuk mendapatkan uang, itu membuat mereka tertekan, yang bisa saya kerjakan itu saya lakukan, dengan keyakinan semua yang baik, kerja ikhlas dan tulus serta tekun pasti akan mendatangkan peluang,” ungkap Barik. 

Dia salah satu potret warga yang berusaha memperkenalkan tanah Sitaro dengan jalan lain. Sebagai pensiunan ASN, Barik menolak berpangku tangan, ia memilih mengeluarkan apa yang dipelajari saat menjadi PNS untuk menciptakan sebuah karya. Bagi barik ini penting untuk bekal masa tua dan warisan bagi anak dan para cucu nanti.

 

 

 

 

 

 

 

 


Artikel ini merupakan republikasi dari: zonautara.com

Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply