Connect with us

SULUT

Mori Manoppo memilih bertahan dengan ‘bendi’ di tengah modernisasi transportasi

Published

on

PANTAU24.COM – Perkembangan transportasi dari masa ke masa terus mengalami perubahan signifikan.

Dahulu masyarakat mengandalkan alat transportasi tradisional yang masih menggunakan tenaga manusia atau hewan, seperti delman, rakit, atau perahu dayung, kini transportasi modern lebih didominasi oleh mesin seperti mobil, motor, hingga kapal.

Namun, kemajuan zaman itu tidak menggoyahkan Mori Manoppo (62), warga Kota Manado, untuk tetap setia dengan profesinya sebagai penarik delman alias bendi.

Di tengah maraknya kendaraan bermotor, ia masih menjalani rutinitas hingga puluhan tahun menarik bendi dan sering mangkal di Kelurahan Calaca, Kecamatan Wenang, Manado.

“Sudah sejak tahun 1978 saya jadi penarik bendi. Saya merantau dari Gorontalo ke Manado dan langsung menekuni pekerjaan ini,” ujar Mori kepada PANTAU24.COM, Kamis 22 Mei 2025.

Dulu, kata Mori, profesi penarik bendi sangat umum di Kota Manado. Banyak rekan seprofesinya kini sudah beralih menjadi tukang ojek. Namun, ia memilih bertahan.

“Kalau dulu ongkosnya cuma lima perak, sekarang bisa dapat Rp10 ribu sampai Rp20 ribu, tergantung jarak. Tapi saya tetap pilih bendi, karena ini sudah jadi bagian hidup saya. Saya akan jalani sampai tidak mampu lagi,” ucapnya sambil tersenyum.

Mori mengaku, tawaran untuk beralih profesi tidak hanya datang dari teman-teman, tapi juga dari keluarganya sendiri.

“Istri saya sering tanya, kenapa tidak pindah jadi tukang ojek saja. Anak saya juga sekarang jadi tukang ojek. Tapi saya tetap ingin menarik bendi,” ujarnya mantap.

Selama puluhan tahun bekerja, Mori sudah berkali-kali mengganti kuda. Ia menyebut kuda yang saat ini digunakannya berasal dari Gorontalo, dan sudah menemaninya sejak 2015.

“Merawat kuda itu susah-susah gampang. Pagi-pagi saya mulai kerja pukul 06.30 WITA sampai sekitar jam dua siang. Setelah itu, baru kuda diberi makan di rumah. Saya tinggal di Kelurahan Wonasa, tidak jauh dari sini,” jelasnya.

Kini, jumlah penumpang bendi kian berkurang. Mori mengaku, hanya pelanggan tetap yang masih setia menggunakan jasanya.

“Sekarang penumpangnya tinggal langganan saja, biasanya yang ke pasar. Turis sudah jarang. Paling orang naik bendi karena penasaran saja. Sehari bisa dapat sekitar Rp100 ribu,” tutup Mori dengan senyum tenang.

***


Artikel ini merupakan republikasi dari: zonautara.com

Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply