Bitung
Dirut RS Manembo-nembo Harus Dicopot: Pasien Jatuh, Tak Ditolong, Malah Diusir

BITUNG, PANTAU24.COM– UPTD RS Manembo-nembo menjadi sorotan publik setelah dugaan perlakuan tidak manusiawi terhadap pasien mencuat.
Verawati, seorang pasien yang datang untuk berobat pada Selasa (21/01/2025) malam sekitar pukul 22.00 WITA, mengaku diabaikan, diusir, bahkan diperlakukan tidak layak oleh oknum petugas medis.
Dalam kondisi lemah akibat gejala darah tinggi dan asam lambung, Verawati sempat terjatuh di IGD. Namun, bukannya ditolong, ia justru ditunjuk-tunjuk oleh petugas medis yang bertugas saat itu.
Lebih parah lagi, ia harus menunggu hampir satu setengah jam di luar IGD, hanya melantai tanpa alas, sebelum akhirnya memutuskan pulang dengan hati penuh luka dan kecewa.
“Saya datang karena sakit, tapi bukannya ditolong, malah diperlakukan seperti ini. Saat saya terjatuh, tidak ada yang membantu, malah saya ditunjuk-tunjuk dengan kasar oleh perawat. Rasanya seperti tidak dianggap manusia,” ujar Verawati dengan suara bergetar.
Verawati Akui Terjadi Cekcok, Salahkan Sikap Arogan Petugas
Verawati tidak menyangkal bahwa sempat terjadi cekcok antara dirinya dan petugas medis. Namun, ia menegaskan bahwa konflik tersebut terjadi karena sikap arogan petugas yang tidak menunjukkan empati terhadap pasien yang sakit dan datang untuk berobat.
“Ya, saya memang sempat beradu argumen dengan petugas medis di situ. Tapi itu karena mereka bersikap arogan dan tidak menunjukkan rasa empati. Bayangkan, saya datang dalam kondisi sakit, tapi mereka berbicara dengan nada tinggi dan seperti meremehkan. Mereka tidak menunjukkan niat untuk membantu, malah memperkeruh suasana,” jelas Verawati.
Ia menambahkan bahwa sebagai pasien, ia hanya ingin mendapatkan penanganan medis yang layak.
Namun, alih-alih dilayani sesuai prosedur, ia justru merasa dihakimi oleh petugas yang seharusnya membantu.
“Saya hanya ingin diperiksa, bukan diperlakukan seperti orang yang datang untuk membuat masalah. Kalau memang penuh atau harus menunggu, sampaikan dengan baik. Tapi cara mereka berbicara sangat tidak pantas. Sikap seperti ini yang memicu keributan,” ungkapnya dengan kecewa.
“Saya Tidak Bodoh dan Tidak Gila”
Verawati membantah keras tudingan bahwa ia datang untuk meminta obat tidur atau membuat keributan tanpa alasan. Ia menjelaskan, kehadirannya di UPTD RS Manembo-nembo adalah murni untuk mencari pertolongan mnedis.
“Saya datang baik-baik, menyampaikan apa yang saya rasakan. Tapi perawat langsung bilang saya tidak perlu dirawat dan menyuruh saya ke puskesmas. Padahal saya datang karena memang sakit, dan saat itu sudah malam. Kalau alasan mereka tidak ada tempat tidur, kenapa tidak disampaikan dengan sopan? Kenapa harus dengan nada meremehkan?, katanya.
Verawati juga menegaskan bahwa tuduhan soal dirinya membanting tubuh ke lantai dan membuat keributan adalah fitnah belaka.
“Saya tidak bodoh, tidak gila. Saya hanya ingin sembuh, itu saja. Tapi saya diperlakukan seolah-olah saya ini orang yang mencari masalah. Kalau pelayanan seperti ini terus dibiarkan, bagaimana nasib pasien lain yang mungkin lebih parah dari saya?” ungkapnya dengan nada penuh kecewa.
Desakan Evaluasi dan Pencopotan Dirut
Tidak ingin pengalaman buruknya dialami pasien lain, Verawati menyatakan akan membawa masalah ini ke Kementerian Kesehatan, DPRD Sulut, dan Dinas Kesehatan Sulut bahkan melaporkan ke aparat penegak hukum.
Ia juga meminta agar Direktur RS Manembo-nembo dicopot dari jabatannya.
“Ini bukan soal saya saja. Kalau pelayanan buruk seperti ini terus dibiarkan, berapa banyak pasien yang akan jadi korban berikutnya? Rumah sakit ini harus dievaluasi total, dan direktur yang tidak mampu memimpin dengan baik harus dicopot,” tegasnya.
Pelayanan Kesehatan yang Memprihatinkan
Menurut Verawati, kasus ini menjadi cerminan buruknya manajemen pelayanan kesehatan di UPTD RS Manembo-nembo. Ketika seorang pasien jatuh dan tidak ada yang menolong, lalu direktur lebih sibuk mencari pembenaran ketimbang memperbaiki pelayanan, maka institusi ini telah kehilangan esensinya sebagai rumah sakit.
“Tanggung jawab kini ada di tangan pemangku kebijakan. Jika direktur seperti ini terus dipertahankan, siapa yang bisa menjamin tidak akan ada korban berikutnya? Langkah awal reformasi adalah mencopot direktur yang gagal menjalankan tugasnya, demi memastikan pelayanan kesehatan yang bermartabat bagi semua masyarakat,” pungkasnya tegas.
Dirut Membela, Permohonan Maaf yang Timpang
Menanggapi kasus ini, Direktur RS Manembo-nembo, dr Chally Tirayoh menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga pasien.
Namun, ia juga mengungkapkan pembelaan dengan menyoroti tingginya beban kerja rumah sakit.
“Jadi permohonan maaf kepihak keluarga atas kejadian ini. Perlu diketahui juga bahwa kunjungan di bulan Januari 2025 ini adalah yang terbanyak sejak saya menjabat, terdata ada lebih dari 4.000 pasien yang kami rawat. Jumlah ini naik dua kali lipat dari biasanya. Pasien di IGD sering penuh sehingga banyak yang antre, bahkan pindah ke rumah sakit lain. Banyak tenaga kesehatan (nakes) kami yang mengalami overload kerja,” kata Dirut.
Ia juga meminta media untuk menyampaikan pemberitaan yang lebih seimbang.
“Mohon bantuan untuk mendukung kerja nakes dengan pemberitaan yang adil. Kalau dari 4.000-an pasien yang dilayani hanya satu yang komplain, lalu itu yang diangkat, rasanya tidak adil,” tambahnya.

You must be logged in to post a comment Login